(ki-ka) Tekno Wibowo, Marketing Director Polytron dan Usung Pringgodigdo, General Manager Mobile Phone Division Polytron.
(ki-ka) Tekno Wibowo, Marketing Director Polytron dan Usung Pringgodigdo, General Manager Mobile Phone Division Polytron.

Prime 7S, Produk Unggulan Polytron Tahun Ini

Insaf Albert Tarigan • 01 November 2016 21:59
medcom.id: Siang ini, Selasa (1/11/2016), di Bali Room, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Usun Pringgodigdo, General Manager Mobile Phone Division di Polytron, duduk di panggung yang sesekali diterangi cahaya keemas-emasan, tepat membelakangi pantulan proyektor di dinding, mengkritik ponsel buatan vendor asing karena "memiliki banyak fitur yang tak berguna buat konsumen Indonesia."
 
Vendor ponsel asing, dia melanjutkan, merancang "satu produk untuk seluruh dunia", sehingga tak mungkin membuat penyesuaian demi satu pasar tertentu. Polytron, perusahaan Indonesia yang berbasis di Kudus, Jawa Tengah, menawarkan ponsel pintar yang berbeda karena lebih mengenal kebutuhan konsumen Indonesia. Usung kemudian mengarahkan tatapan puluhan jurnalis, blogger dan perwakilan master dealer ke ponsel pintar baru di tangannya: agak susah dibayangkan fitur apa yang diinginkan konsumen Indonesia dan belum bisa dipenuhi pemain global?
 
Prime 7S, demikian Polytron menyebut ponsel pintar terbarunya, digadang-gadang untuk menciptakan Smart Luxury Phone, satu kelas baru di pasar ponsel. Jargon pemasaran ini hendak mencitrakan Prime 7S sebagai ponsel mewah dengan harga hanya Rp3,79 juta, yang bahkan masih di bawah ASUS ZenFone 3 versi termurah. Secara spesifikasi, Prime 7S akan bersaing ketat dengan ZenFone 3 dan OPPO F1 di pasar Indonesia.

Sayang sekali, untuk peluncuran sebuah produk unggulan semacam Prime 7S ini, Polytron mengemasnya kurang elegan. Tekno Wibowo, Marketing Director Polytron, misalnya, hanya berbicara tak kurang dari 5 menit dan mengucapkan tak lebih dari 10 kalimat. Hal ini berbeda jauh dengan peluncuran produk baru Samsung, ASUS, Sony dan lain-lain. Samsung, misalnya, selalu memaparkan fitur-fitur unggulan dalam acara yang tertata rapi. Pembicara biasanya sangat well-prepared, membaca tele-prompter --bila perlu-- agar tak ada hal-hal penting yang terlewat, dan selalu ada sesi demo. 
 
Tekno Wibowo hanya mengucapkan 2 kalimat umum terkait produk unggulan tersebut: Prime 7S unik karena disesuaikan dengan konsumen Indonesia, dan bahwa dia yakin kehadiran ponsel ini akan memperkuat merek Polytron di Indonesia. Fitur lain, seperti kamera, two-tone flash, material bodi, turbo charging dan lain-lainnya malah disampaikan secara terbata-bata oleh pesulap Demian, yang statusnya sekadar penggembira. Polytron sama sekali tak menunjukkan bagaimana two-tone flash itu bekerja dalam keseharian, atau memamerkan hasil jepretan kamera 16MP, atau menunjukkan arti RAM 3GB bagi konsumen.
 
Lalu, apa sebenarnya fitur unik Prime 7S yang diklaim Polytron sesuai kebutuhan konsumen Indonesia?
 
Pertama, FIRA TV, yang memungkinkan pengguna untuk menonton 12 saluran televisi, termasuk siaran khusus anak-anak, Super Soccer dan MU TV. Kedua, FIRA Stores untuk membeli token listrik, pulsa elektrik, dan game voucher, yang mengandalkan sistem pembayaran dengan kartu kredit. Fitur terakhir adalah FIRA OS, sistem operasi berbasis Android yang dirancang khusus oleh Polytron untuk digunakan di seluruh produk ponsel pintar buatannya.
 
Keunggulan kedua bukan hal luar biasa. Semuanya bisa Anda lakukan melalui ponsel pintar mana pun hanya dengan mengunjungi salah satu atau dua toko daring semacam Tokopedia atau yang lain-lain. Meski demikian, langkah Polytron untuk mengembangkan FIRA OS patut diapresiasi, apalagi mereka melakukannya dengan membentuk divisi riset dan pengembangan sendiri. Tak banyak vendor lokal yang mau menghabiskan dana untuk membentuk divisi riset dan pengembangan sendiri karena impor dari Tiongkok lebih murah dan praktis.
 
Pasar menjanjikan
Seperti pemain global, Polytron memandang Indonesia sebagai pasar potensial untuk produk ponsel pintar. Berkat pengalaman panjang di produk elektronik, Polytron juga berani memasang target tinggi: menguasai lebih dari 10 persen pasar ponsel Indonesia pada tahun depan. Padahal, mereka baru memasuki pasar ini pada tahun 2013. Walau demikian, lini produk Polytron sudah tergolong banyak: sekitar 30 feature phone, dan 12 smartphone.
 
"Kami senang dengan kompetisi karena itu baik. Kami tidak taku dengan semua (pemain asing) itu," kata Tekno Wibowo.
 
Aturan pemerintah mengenai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) juga turun menguntungkan Polytron sebagai pemain lokal. Sebab, mereka memproduksi sendiri ponsel pintar buatannya di Kudus. Kapasitas pabrik tersebut mencapai 3 juta unit per bulan.
 
"Khusus untuk Prime 7S, kami akan memproduksi sebanyak 30 ribuan per bulan," kata Tekno.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan