Ilustrasi: TechRadar
Ilustrasi: TechRadar

Dior Kebocoran Data, Konsumen di Asia Disarankan Waspada

Mohamad Mamduh • 30 Mei 2025 16:31
Jakarta: Kabar kurang menyenangkan datang dari dunia mode mewah. Merek ternama The House of Dior baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka mengalami kebocoran data yang berdampak pada divisi Fashion and Accessories mereka. Insiden ini menyebabkan data pelanggan diakses oleh pihak ketiga yang tidak berwenang.
 
Menurut laporan yang beredar, informasi yang bocor mencakup nama, detail kontak, dan riwayat pembelian pelanggan. Namun, pihak Dior memastikan bahwa kata sandi dan detail pembayaran pelanggan tetap aman karena disimpan dalam database yang terpisah. Kebocoran ini dikonfirmasi mempengaruhi pelanggan di Korea Selatan dan China, di mana pemberitahuan pelanggaran telah dikeluarkan.
 
Menanggapi kejadian ini, Dior menyatakan bahwa mereka sedang bekerja sama dengan para ahli keamanan siber untuk menyelidiki dan mengatasi insiden tersebut. Mereka juga memberitahu pihak berwenang sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu, merek tersebut mengimbau para pelanggan untuk tetap waspada terhadap penipuan phishing atau peniruan identitas.

Abhishek Kumar Singh, Kepala Rekayasa Keamanan, Singapura, Check Point Software Technologies, memberikan komentarnya terkait insiden ini. Ia mengingatkan konsumen Singapura untuk meningkatkan kewaspadaan.
 
"Setelah kebocoran data Dior, konsumen Singapura harus sangat waspada. Penjahat dunia maya sering memanfaatkan insiden semacam itu untuk meluncurkan kampanye phishing dan penipuan yang ditargetkan, menggunakan email, SMS, atau pesan instan palsu yang meniru merek tepercaya," ujarnya.
 
Singh menambahkan bahwa sektor ritel Singapura telah menjadi sasaran utama, menghadapi rata-rata 907 serangan siber per organisasi setiap minggu selama enam bulan terakhir. Data yang bocor seringkali digunakan sebagai senjata untuk melancarkan penipuan lanjutan, mulai dari pemberitahuan pengiriman palsu hingga situs phishing yang meniru platform e-commerce yang sah.
 
Untuk mengurangi risiko, Singh menyarankan konsumen untuk menghindari mengklik tautan dalam pesan yang tidak diminta dan selalu mengakses situs web dengan mengetik URL resmi secara langsung.
 
Pesan mencurigakan harus diverifikasi melalui dukungan pelanggan atau saluran media sosial resmi. Ia juga menyarankan untuk mengaktifkan 2FA (misalnya, SingPass), memantau saran CSA, dan melaporkan pesan penipuan ke platform ScamShield Singapura.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan