Software yang digunakan untuk melakukan simulasi dinamika fluida itu tidak hanya digunakan oleh NASA, tapi juga Boeing dan Lockheed. Sistem itu digunakan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kendaraan dan mesin baru.
Menurut The Verge, proyek FUN3D dimulai pada 1980-an. Sejak saat itu, ia terus dikembangkan selama berpuluh-puluh tahun. Sekarang, NASA ingin mengoptimalkan kode dalam sistem tersebut.
Badan antariksa itu menawarkan hadiah sebesar USD15 ribu (Rp200 juta) dan USD10 ribu (Rp133 juta) untuk dua kontributor terbaik untuk mengoptimalkan software tersebut. Selain itu, mereka juga menawarkan hadiah lain untuk orang yang berhasil memberikan kode untuk mengoptimalkan FUN3D.
Namun, FUN3D hanya tersedia untuk masyarakat Amerika Serikat. Selain itu, inti dari FUN3D dibuat menggunakan bahasa pemprograman Fortran. Bahasa yang dikembangkan tahun 1950-an tersebut memang masih disukai oleh beberapa peneliti, tapi ia tidak begitu populer di kalangan programmer.
NASA berkata, mereka berharap dapat meningkatkan kecepatan FUN3D hingga 10-100 kali lipat. Harapan NASA ini sulit untuk dipenuhi, mengingat programmer yang lebih baik dari teknisi NASA akan bisa mendapatkan uang lebih banyak dengan mengerjakan proyek lain.
"Ini adalah tugas impian para 'kutu buku'," ujar Doug Rohn Director of NASA's Transformative Aeronautics Concepts Program (TACP) terkait kompetisi ini, yang merupakan kerja sama antara HeroX dan platform Topcoder. "Membantu NASA mengoptimalkan software mereka untuk membantu riset penerbangan kami menguntungkan semua pihak," ujarnya, seperti yang dikutip dari Engadget.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
