Acara kunjungan ke pabrik ARM. (Medcom.id)
Acara kunjungan ke pabrik ARM. (Medcom.id)

Banyak Perempuan Kerja di Perakitan Ponsel, Ini Alasannya

Ellavie Ichlasa Amalia • 20 Maret 2018 19:35
Jakarta: Adi Reka Mandiri adalah manufaktur yang Infinix gandeng untuk memproduksi ponsel barunya, Hot S3. Perusahaan yang lebih dikenal dengan nama ARM ini merupakan perusahaan patungan antara Telesindo dengan Arima Communications Taiwan. 
 
Dalam kunjungan pabrik ke Cikarang hari ini, Presiden Direktur ARM, Agus Tan menjelaskan bahwa ARM kini memiliki total pegawai sekitar 200 orang.
 
Sebanyak 100 orang di antaranya adalah operator. Pria yang akrab dengan panggilan Agus ini menjelaskan, untuk merekrut operator, ARM biasanya tidak memberikan persyaratan pendidikan yang terlalu tinggi. 

"Yang penting teliti," kata Agus. "Karena sebelum bekerja, kami juga akan mengadakan pelatihan." Pelatihan ini akan memakan waktu sekitar dua atau tiga hari, menurut R&D Manager, Indrawan.
 
Setiap pekerja yang masuk akan dilatih untuk mengerjakan satu tugas dalam lini produksi ponsel -- yang mencakup seperti pemasangan speaker, kamera, pengujian, pengecekan IMEI dan lain sebagainya. 
 
Saat berkunjung ke pabrik ARM di Cikarang, Medcom.id menyadari bahwa sebagian besar operator lini produksi merupakan perempuan. "Memang perempuan lebih teliti," kata Agus ketika ditanya soal ini. "Biasanya, kalau laki-laki bekerja sebagai helper untuk angkat barang di gudang."
 
Sebelum masuk ke tempat produksi, maka para pegawai ARM diminta untuk menggunakan pakaian khusus, topi dan juga alas sepatu.
 
Agus menjelaskan, tujuannya adalah untuk mencegah aliran statis yang bisa merusak barang-barang elektronik. Menariknya, Agus bercerita, hasil produksi pabrik ARM di Cikarang mungkin tidak hanya didistribusikan di Indonesia, tapi juga akan diekspor ke negara lain. 
 
"Ada beberapa negara yang akan menawarkan pajak lebih murah jika ponsel diimpor dari Indonesia daripada dari Tiongkok," kata Agus.
 
Sayangnya, di Indonesia, pajak impor masih menjadi salah satu masalah bagi manufaktur. Dia menjelaskan, impor komponen untuk perakitan ponsel di Indonesia masih dikenakan pajak, sementara ponsel yang diimpor dalam keadaan utuh justru tidak dikenakan pajak. Selain itu, Agus menyebutkan, PPh juga merupakan pajak yang memberatkan.
 
"Bagi industri perakitan, PPh 2,5 persen itu sangat berat," kata Agus mengakui. "Untuk mendukung industri perakitan, pemerintah mungkin bisa membuat peraturan, untuk menghilangkan PPh atau bagaimana."
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan