Laporan tersebut menyoroti korelasi yang mengkhawatirkan antara kepercayaan orang tua dan praktik keamanan siber yang terjadi di sekolah anak-anak. Sementara banyak orang tua percaya bahwa sekolah melindungi informasi sensitif anak-anak mereka, hanya 14% sekolah yang mewajibkan pelatihan kesadaran keamanan, dan hanya 21% yang memberikan panduan tentang manajemen kata sandi yang aman.
Kesenjangan ini menimbulkan risiko yang signifikan – masalah yang meluas seperti kata sandi yang lemah dan penggunaan kembali kata sandi mengancam keamanan siswa. Yang mengkhawatirkan, 19% responden mengaku menggunakan kembali kata sandi yang sama di akun pribadi dan sekolah, sebuah praktik yang dapat menyebabkan pelanggaran data, pencurian identitas, dan penipuan.
Temuan Utama:
1. Kepercayaan Orang Tua vs. Kenyataan: Sementara 74% orang tua menyatakan kepercayaan pada langkah-langkah keamanan siber sekolah anak mereka, hanya 21% yang melaporkan menerima panduan tentang manajemen kata sandi yang aman.
2. Kesalahan manajemen kata sandi: Terlepas dari pentingnya kata sandi yang aman, hanya 9% sekolah yang menawarkan akses ke pengelola kata sandi, membuat siswa dan staf rentan terhadap ancaman dunia maya.
3. Kurangnya Pendidikan Keamanan Siber: Hanya 14% sekolah yang mewajibkan pelatihan kesadaran keamanan, dan hanya 13% yang menawarkannya sebagai opsi, membuat sebagian besar siswa tidak siap untuk menangani ancaman online.
"Sekolah memainkan peran penting dalam mendidik dan melindungi siswa, tetapi masih ada kekurangan signifikan dalam kesiapan keamanan siber yang harus ditangani," kata Darren Guccione, CEO dan Co-founder di Keeper Security.
"Karena alat digital semakin tertanam dalam pendidikan, sekolah harus memprioritaskan pendidikan keamanan siber dan menyediakan sumber daya untuk memungkinkan siswa melindungi diri dari ancaman online yang berkembang."
Laporan tersebut juga mengungkapkan konsekuensi parah dari serangan siber terhadap lembaga pendidikan. Meskipun hanya 7% responden yang mengindikasikan bahwa sekolah mereka telah diretas, dampaknya sangat luas, dengan 32% mengalami pencurian data dan 27% menghadapi akun yang disusupi. Meskipun lebih jarang, dampak finansial juga memengaruhi sekolah dan individu.
Studi ini menggarisbawahi peran penting yang dimainkan keluarga dalam melindungi keamanan digital anak-anak mereka. Meskipun 51% orang tua menyatakan keprihatinan tentang keamanan siber sekolah, hampir satu dari lima keluarga (19%) melaporkan bahwa mereka terus terlibat dalam perilaku berisiko, seperti penggunaan kembali kata sandi.
Keeper Security mendorong penerapan praktik terbaik keamanan siber di rumah, termasuk penggunaan Autentikasi Multi-Faktor (MFA) dan pembuatan kata sandi yang aman dan unik untuk setiap akun – sebaiknya setidaknya 16 karakter.
Laporan tersebut menekankan perlunya pendekatan keamanan siber terpadu antara sekolah dan keluarga. Dengan meningkatkan pendidikan keamanan siber, meningkatkan kesadaran akan risiko online, dan mengadopsi alat aman seperti pengelola kata sandi, sekolah dan keluarga dapat bekerja sama untuk melindungi siswa di dunia digital saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
                    Google News
                
            Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
 
   
	 
                     
                     
                     
                     
                    