Satelit Satria-1 ini dihadirkan pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan layanan akses internet layanan publik, dari pemerintah daerah, sektor kesehatan, pendidikan, hingga keamanan.
Sebagai informasi, satelit ini dirakit oleh Thales Alenia Space dan akan diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Satelit Satria-1 akan menjalani proses orbit raising selama empat hingga lima bulan hingga tiba dan menempati slot 146 derajat Bujur Timur (BT), di atas wilayah Papua, Indonesia.
Satelit Satria-1 mengusung bobot 4,6 ton dan tinggi 6,5 meter, dan berkapasitas 150Gbps Ka-Band pertama di Indonesia, sehingga diklaim mampu menghadirkan sinyal internet di 150 ribu titik.
Selain itu, satelit multifungsi ini juga mengusung teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS), dan merupakan satelit dengan kapasitas terbesar di Asia. Satria-1 didukung prosesor transparan digital, dan mengusung mekanisme empat pendorong listrik.
Satria-1 juga menjadi satelit pertama di Asia yang mengadopsi bodi Spacebus Neo Level 6, dan didukung teknologi pemrosesan digital, dengan life time minimal 15 tahun, dan dilengkapi dengan lima panel untuk setiap sayap solar array.
Satelit ini juga dilengkapi dengan tiga antenna reflektor, dan memiliki 116 spot beams untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Peluncuran satelit Satria-1 ini akan memperluas cakupan ketersediaan internet di Indonesia.
Sebelumnya, upaya memperluas cakupan ketersediaan internet ke seluruh Nusantara ini telah diawali pemerintah dengan membangun infrastruktur jaringan tulang punggung serat optik Palapa Ring.
Sebagai pengingat, satelit Satria-1 merupakan proyek strategis nasional seperti tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
