Menurut studi terbaru dari "Hitachi Vantara State of Data Infrastructure Survey", sebanyak 24% responden IT di Indonesia mengidentifikasi data mereka sebagai dark data, informasi yang dikumpulkan namun tidak pernah dimanfaatkan untuk menghasilkan wawasan bisnis.
Angka ini jauh melampaui rata-rata global yang hanya berada di level 10%. Fenomena dark data ini tidak hanya menyimpan potensi bisnis yang belum tergali, tetapi juga membawa risiko nyata seperti membengkaknya biaya penyimpanan, masalah kepatuhan terhadap regulasi, dan meningkatnya kerentanan keamanan siber.
Survei yang melibatkan 50 responden di Indonesia dari berbagai industri ini juga mengungkap tantangan mendasar lainnya, yaitu krisis kepercayaan dan ketersediaan data.
Hanya 14% responden yang menyatakan data mereka selalu tersedia saat dibutuhkan, dan tingkat kepercayaan terhadap hasil keluaran model AI bahkan lebih rendah lagi, yaitu hanya 6%.
Ironisnya, di tengah tantangan pengelolaan data tersebut, perusahaan di Indonesia justru menunjukkan komitmen kuat terhadap transformasi digital dengan proyeksi peningkatan investasi AI hingga 124%.
Sejalan dengan itu, kebutuhan akan kapasitas penyimpanan data juga diperkirakan akan meroket sebesar 29,6% dalam dua tahun mendatang.
Namun, adopsi AI yang agresif ini dibayangi oleh berbagai kekhawatiran keamanan. Isu yang paling banyak ditakutkan adalah ketidakmampuan memulihkan data akibat kesalahan internal AI (50%), risiko serangan siber yang didukung AI (32%), dan potensi denda dari regulator akibat kebocoran data (39%).
Menanggapi temuan ini, Ming Sunadi, Country Managing Director, Indonesia, Hitachi Vantara, menekankan pentingnya membangun fondasi data yang kuat.
“Organisasi yang berorientasi pada data dan memprioritaskan tata kelola serta analitik berada dalam posisi yang lebih baik untuk mendorong inovasi dan tetap kompetitif dalam lanskap digital yang terus berkembang,” ujar Ming Sunadi.
“Tujuan kami adalah membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia membangun ekosistem data yang tangguh untuk mendukung pertumbuhan dan efisiensi operasional,” jelasnya.
Survei ini juga menemukan bahwa 80% perusahaan bekerja sama dengan Global Systems Integrators (GSI) untuk implementasi AI, menandakan pentingnya dukungan dari mitra berpengalaman.
“Kolaborasi strategis dengan mitra ekosistem terpercaya sangat penting dalam menghadapi tantangan kompleks integrasi AI dan manajemen siklus hidup data,” kata Sony Chahyadi, Enterprise Solutions Consultant Lead, Hitachi Vantara.
“Dengan menyediakan solusi menyeluruh yang siap pakai untuk tingkat enterprise, kami memberdayakan organisasi untuk mengoperasionalkan aset data mereka secara efektif dan mempercepat pencapaian nilai bisnis yang terukur,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id