ilustrasi.
ilustrasi.

Masyarakat Diminta Cerdas Menyaring Informasi di Internet

Medcom • 14 Juli 2022 18:00
Samarinda: Kementerian Komunikasi dan Informatikan meminta masyarakat cerdas menyaring informasi di internet. Sebab, masyarakat Indonesia mudah percaya berita bohong atau hoaks.
 
Hal itu terungkap dalam webinar bertema ‘Jadilah Warganet Cerdas, Tangkal Hoaks di Platform Digital’ yang digelar Kemenkominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Kamis, 14 Juli 2022.
 
Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan. We Are Social mencatat pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.
 
Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada 2021, indeks atau skor literasi digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan tingkat literasi digital di Indonesia dalam kategori ‘sedang’.
 
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Olivia Lewi Pramesti mengatakan, masyarakat mudah percaya berita bohong atau hoaks karena beberapa alasan. Di antaranya, merasa benar karena viral, terjadinya pengulangan pesan yang diterima, penurunan kepercayaan pada media mainstream akibat tertipu judul berita, ketakutan secara psikologis, serta hanya menerima satu sumber.
 
“Telah terjadi transformasi pergeseran digital masyarakat Indonesia, sudah banyak yang menggunakan internet atau mencapai 77%, bahkan penggunanya lebih sering bermain di media sosial. Tapi sayangnya, literasi atau sub indeksnya rendah, yaitu tingkat kritisi akan berita dari media sosial yang rendah sehingga langsung percaya hoaks maupun konten negatif lainnya,” kata Olivia Lewi.
 
Olivia mengatakan, upaya yang dapat dilakukan warganet untuk menangkal berita hoaks adalayh memanfaatkan fitur mesin pencari, verifikasi fakta lewat situs Cekfakta atau Turnbackhoax, serta hati-hati terhadap judul berita yang mencurigakan seperti mengandung kata viralkan atau astaga.
 
Ketua Umum Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Pitoyo menyebut ada etika di dunia maya. Pertama menjaga privasi, memberi rasa aman, serta menunjukkan integritas.
 
Selain itu, ketika beraktivitas di media sosial warganet harus menjaga kepercayaan publik dalam mengunggah konten, berbagi informasi, maupun saat berkomentar.
 
Warganet harus waspada terhadap bias saat menerima maupun menyampaikan informasi, contohnya bias alam bawah sadar karena sering berpikir negatif, bias konfirmasi, serta bias data.
 
“Awali dari diri sendiri, jangan mudah percaya dan terprovokasi. Ingat, terprovokasi karena informasi yang masuk tidak ada nada untungnya,” ujar Pitoyo.
 
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma Rahma Santhi Zinaida mengatakan, hoaks erat dengan penipuan di dunia digital. Penyebaran hoaks yang masif dapat memancing warganet membuka identitas pribadi.
 
Menurut dia, untuk memproteksi diri dari ancaman berita bohong tersebut, warganet harus waspada akan tautan yang tak dikenal, serta file tidak dikenal baik yang dikirim via email, media sosial, maupun aplikasi percakapan.
 
“Cermati baik-baik, hati-hati dengan provokasi serta periksa sumber tulisannya,” kata Rahma.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FZN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan