Jakarta: Amazon Web Service (AWS) dikenal sejak lama sebagai penyedia solusi cloud dan tentunya mengandalkan data center sebagai infrastruktur. Banyak yang mungkin belum tahu bahwa solusi data center sendiri sebagai sebuah teknologi juga tetap bergantung kepada alam.
Data center di manapun masih mengandalkan pasokan air untuk mendukung sistem pendingin, dan dalam jumlah yang banyak. Hal ini untuk menjaga kinerja dari perangkat komputasi seperti server dan jaringan.
Di sisi lain AWS Head of Energy and Environment Policy for Asia Pacific and Japan, Ken Haig menyadari bahwa dunia sedang menghadapi masalah krisis air bersih, termasuk Indonesia.
Bukan hanya klaim, Ken menyebutkan bahwa AWS berhasil menginginkan satu kilowatt jam beban pekerjaan IT dengan jumlah air yang lebih sedikit dari seharusnya. Data center AWS hanya butuh 0,19 liter air per kilowatt jam beban kerja dibandingkan rata-ta industri data yang mencapai 1,8 liter.
AWS sendiri yang telah memiliki data center di Indonesia sejak 2017, mereka menyadari ada komitmen dan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Apalagi Indonesia adalah negara agraris yang juga sangat bergantung kepada sumber daya alam seperti air.
“Sebagai bagian dari strategi (perubahan) iklim, kami menggunakan air untuk pendingin (server) karena mampu mengurangi konsumsi listrik. Namun kamu juga harus memastikan tidak menggunakan air untuk minum yang akan berdampak kepada lingkungan dan masyarakat,” ujar Ken.
“Makanya kami memiliki program untuk mengembalikan lebih banyak air bersih dari pada yang kami gunakan kepada komunitas atau masyarakat hingga 2030 nanti,” ungkapnya.
Program yang dikenal sebagai “Water Positive” ini bukan baru berlangsung tahun ini. AWS diketahui sudah menjalankan program ini sejak beberapa tahun lalu di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia dengan menggandeng komunitas peduli lingkungan setempat.
Ken sendiri menjelaskan bahwa pasokan air di Indonesia kurang optimal untuk pendingin data center. Hal ini karena kondisi iklim di Indonesia adalah tropis yang artinya air memiliki suhu hangat sepanjang tahun, sehingga bentuk gerakan “Water Positive” di Indonesia berbeda dari negara lain.
“Di luar negeri air yang kami gunakan bisa didaur ulang untuk bisa dipergunakan kembali sebagai pendingin di AWS, di tempat lain kami juga menggunakan udara untuk sistem pendingin saat musim dingin. Namun di Indonesia tidak ada banyak pilihan,” kata Ken.
Dia menyatakan bahwa AWS berusaha untuk menggunakan pasokan air di Indonesia sebagai pendingin data center dengan sangat efisien bahkan jangan sampai mengambil pasokan yang seharusnya dikonsumsi sebagai air minum oleh masyarakat.
“Di Indonesia, berlokasi di Jawa Barat ketersediaan air bukan jadi masalah tapi tantangan yang muncul adalah menyediakan sanitasi dan air minum yang layak bagi masyarakat setempat. Ini menjadi bagian dari target Water Positive di Indonesia,” tutur Ken.
Bekerja sama dengan komunitas peduli lingkungan di Indonesia, AWS ingin menyediakan pasokan air bersih dengan mengembalikan air yang digunakan mencapai 550 juta liter air ke masyarakat sekitar.
AWS menggandeng Habitat for Humanity untuk menyediakan akses air bersih dan sanitasi pada sembilan desa di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Misi dan visi mulai AWS diwujudkan dengan penyediaan toilet umum yang layak, tangki air, dan fasilitas sanitasi lain hingga edukasi kepada masyarakat untuk mendukung keberlanjutan alam.
Fasilitas yang akan dibangun bersama oleh AWS berupa sistem untuk filterisasi dan pemurnian air yang kemudian disalurkan 1.300 rumah. Masyarakat juga akan diajarkan untuk mengelola dan merawatnya.
“Saat ini sudah ada dua desa yang merasakan manfaatnya dan nantinya ada tiga desa lagi. Masyarakat tidak hanya menerima fasilitas ini tapi mereka akan memantau dan mengelolanya sendiri setelah diberikan pelatihan,” jelas Ken.
Data center di manapun masih mengandalkan pasokan air untuk mendukung sistem pendingin, dan dalam jumlah yang banyak. Hal ini untuk menjaga kinerja dari perangkat komputasi seperti server dan jaringan.
Di sisi lain AWS Head of Energy and Environment Policy for Asia Pacific and Japan, Ken Haig menyadari bahwa dunia sedang menghadapi masalah krisis air bersih, termasuk Indonesia.
Bukan hanya klaim, Ken menyebutkan bahwa AWS berhasil menginginkan satu kilowatt jam beban pekerjaan IT dengan jumlah air yang lebih sedikit dari seharusnya. Data center AWS hanya butuh 0,19 liter air per kilowatt jam beban kerja dibandingkan rata-ta industri data yang mencapai 1,8 liter.
AWS sendiri yang telah memiliki data center di Indonesia sejak 2017, mereka menyadari ada komitmen dan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Apalagi Indonesia adalah negara agraris yang juga sangat bergantung kepada sumber daya alam seperti air.
“Sebagai bagian dari strategi (perubahan) iklim, kami menggunakan air untuk pendingin (server) karena mampu mengurangi konsumsi listrik. Namun kamu juga harus memastikan tidak menggunakan air untuk minum yang akan berdampak kepada lingkungan dan masyarakat,” ujar Ken.
“Makanya kami memiliki program untuk mengembalikan lebih banyak air bersih dari pada yang kami gunakan kepada komunitas atau masyarakat hingga 2030 nanti,” ungkapnya.
Program yang dikenal sebagai “Water Positive” ini bukan baru berlangsung tahun ini. AWS diketahui sudah menjalankan program ini sejak beberapa tahun lalu di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia dengan menggandeng komunitas peduli lingkungan setempat.
Ken sendiri menjelaskan bahwa pasokan air di Indonesia kurang optimal untuk pendingin data center. Hal ini karena kondisi iklim di Indonesia adalah tropis yang artinya air memiliki suhu hangat sepanjang tahun, sehingga bentuk gerakan “Water Positive” di Indonesia berbeda dari negara lain.
“Di luar negeri air yang kami gunakan bisa didaur ulang untuk bisa dipergunakan kembali sebagai pendingin di AWS, di tempat lain kami juga menggunakan udara untuk sistem pendingin saat musim dingin. Namun di Indonesia tidak ada banyak pilihan,” kata Ken.
Dia menyatakan bahwa AWS berusaha untuk menggunakan pasokan air di Indonesia sebagai pendingin data center dengan sangat efisien bahkan jangan sampai mengambil pasokan yang seharusnya dikonsumsi sebagai air minum oleh masyarakat.
“Di Indonesia, berlokasi di Jawa Barat ketersediaan air bukan jadi masalah tapi tantangan yang muncul adalah menyediakan sanitasi dan air minum yang layak bagi masyarakat setempat. Ini menjadi bagian dari target Water Positive di Indonesia,” tutur Ken.
Bekerja sama dengan komunitas peduli lingkungan di Indonesia, AWS ingin menyediakan pasokan air bersih dengan mengembalikan air yang digunakan mencapai 550 juta liter air ke masyarakat sekitar.
AWS menggandeng Habitat for Humanity untuk menyediakan akses air bersih dan sanitasi pada sembilan desa di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Misi dan visi mulai AWS diwujudkan dengan penyediaan toilet umum yang layak, tangki air, dan fasilitas sanitasi lain hingga edukasi kepada masyarakat untuk mendukung keberlanjutan alam.
Fasilitas yang akan dibangun bersama oleh AWS berupa sistem untuk filterisasi dan pemurnian air yang kemudian disalurkan 1.300 rumah. Masyarakat juga akan diajarkan untuk mengelola dan merawatnya.
“Saat ini sudah ada dua desa yang merasakan manfaatnya dan nantinya ada tiga desa lagi. Masyarakat tidak hanya menerima fasilitas ini tapi mereka akan memantau dan mengelolanya sendiri setelah diberikan pelatihan,” jelas Ken.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
