Cloudflare,
Cloudflare,

Gangguan Global, Kerugian Cloudflare Diprediksi Capai Rp1000 Triliun

Cahyandaru Kuncorojati • 19 November 2025 14:14
Jakarta: Gangguan layanan Cloudflare pada 18–19 November 2025 menunjukkan betapa rapuhnya infrastruktur internet dunia ketika satu titik penting tumbang. Selama beberapa jam, aliran trafik digital melambat, situs-situs besar tidak bisa dibuka, dan layanan publik maupun komersial mengalami kelumpuhan mendadak. 
 
Di Indonesia, situasinya sama: situs BMKG dilaporkan sulit diakses, aplikasi X menampilkan pesan error, bahkan ChatGPT ikut terdampak sehingga pengguna tidak dapat masuk ke layanan. Kondisi ini, menurut laporan Medcom, berlangsung cukup lama hingga menimbulkan kepanikan di berbagai sektor digital.
 
Skalanya memang besar. Dikutip dari laporan situs Breched Company, Cloudflare menangani sekitar 19–20 persen lalu lintas web global dan menjadi bagian dari infrastruktur yang digunakan oleh hampir 35 persen perusahaan Fortune 500. 

Saat konfigurasi internal di perusahaan ini mengalami masalah, efeknya tidak hanya terasa pada situs tertentu, tetapi merambat ke banyak layanan yang sehari-hari diandalkan jutaan pengguna. Gangguan empat jam tersebut menciptakan apa yang oleh sebagian pengamat disebut sebagai “kemacetan internet global”.
 
Dampak ekonomi dari kegagalan itu pun ikut dibahas luas. Prediksi yang dikutip dari layanan pemeliharaan situs SupportMy.website memperkirakan bahwa kerugian global bisa mencapai USD5 miliar hingga USD15 miliar per jam, bergantung tingkat ketergantungan bisnis pada Cloudflare. 
 
Dengan durasi gangguan yang mendekati empat jam, total kerugiannya dapat menembus USD60 miliar atau kisaran Rp1.005 triliun. Angka ini mencakup potensi hilangnya transaksi digital, keterhentian layanan online yang mempengaruhi operasional bisnis, hingga penurunan produktivitas pengguna di seluruh dunia.
 
Pendiri SupportMy.website, Jason Long, menilai bahwa banyak bisnis sebenarnya tidak menyadari seberapa besar ketergantungan mereka terhadap Cloudflare sampai layanan itu berhenti bekerja. 
 
“Dari reputasi hingga ke laporan laba-rugi, Cloudflare adalah sistem yang sering tidak disadari bisnis bahwa mereka butuhkan atau gunakan. Tetapi ketika layanan ini tumbang, dampaknya langsung mereka rasakan,” ujar Jason seperti dikutip dari Breached Company.
 
Gangguan tersebut juga terjadi karena penyebab yang ironis: sebuah file konfigurasi internal yang bertambah terlalu besar, sehingga memicu kesalahan pada sistem Cloudflare. 
 
Masalah teknis sederhana yang gagal ditangani tepat waktu ini kemudian merambat menjadi masalah global. 
 
Bagi banyak perusahaan, insiden ini menimbulkan kerugian yang sulit dihitung hanya dengan angka dolar, mulai dari reputasi yang terganggu, menurunnya kepercayaan pelanggan, hingga gangguan layanan kritikal yang bergantung pada akses internet stabil.
 
Meski angka USD60 miliar masih merupakan estimasi pihak ketiga, bukan laporan resmi dari Cloudflare atau lembaga analisis finansial, proyeksi tersebut memberikan gambaran seberapa besar risiko yang muncul ketika satu penyedia infrastruktur dominan mengalami gangguan. 
 
Dengan semakin banyak bisnis yang bergantung pada layanan cloud dan CDN, insiden ini menjadi pengingat bahwa satu titik kegagalan bisa berimbas pada seluruh ekosistem digital.
 
Untuk saat ini, Cloudflare telah memulihkan layanan, namun diskusi soal mitigasi risiko dan diversifikasi infrastruktur kembali mengemuka. Waktu empat jam mungkin terasa singkat, tetapi bagi dunia digital yang bergerak setiap detik, kerugian yang ditimbulkannya dapat terakumulasi menjadi angka yang cukup mencengangkan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan