Hal itu terungkap dalam webinar bertema ‘Membangun dan Mengembangkan Karakter Generasi Z untuk Masa Depan yang Serba Digital’ yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Selasa 8 November 2022 di Makassar, Sulawesi Selatan.
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Makassar Dian Muhtadiah Hamna mengatakan, generasi Z sejak kecil sudah akrab dengan teknologi digital. Hal ini mempengaruhi kepribadian mereka.
“Dunia digital, khususnya media sosial, dipercaya menjadi sumber inspirasi para generasi Z. Survei menyebutkan, sekitar 47 % generasi Z mengaku merasa lebih kreatif setelah mendapat inspirasi dari media sosial,” kata Dian.
Dian menyebut media sosial dipercaya membantu generasi Z menambah wawasan dan membuat pribadi mereka merasa lebih mandiri.
Namun, kata Dian, ada dampak negatif ruang digital terhadap generasi Z, seperti waktu mereka dihabiskan dihadapan gawai yang tak produktif, memiliki sikap individualis dan acuh tak acuh terhadap lingkungan, serta menurunnya kemampuan berbahasa yang baik dan benar lantaran pengaruh penggunaan bahasa di media sosial.
Founder of Coffee Meets Stocks Billy Tanhadi mengatakan, kendati sudah akrab dengan dunia digital sedari kecil, generasi Z harus memiliki kecakapan digital berupa keamanan digital.
Pasalnya, tingginya penetrasi digital juga membuka ruang bagi kejahatan digital, seperti penipuan lewat phising dan scam, serta serangan malware yang beragam.
“Generasi Z harus memiliki kecakapan digital mengenai pentingnya menjaga keamanan digital, seperti membuat kata sandi yang kuat, menerapkan faktor keamanan dua langkah, serta bersikap kritis terhadap semua informasi yang ada dan tidak gampang percaya begitu saja,” ujarnya.
Direktur utama Sinergi Live Bonny Prasetia mengungkapkan, generasi lahir antara tahun 1996 sampai 2010. Generasi Z, menurut Bonny, memiliki ciri menghargai keberagaman, menghendaki perubahan sosial, suka berbagi, dan berorientasi pada target.
Bonny menegaskan, individu harus memiliki budaya membaca. Dengan membaca akan membiasakan diri mendapat informasi yang utuh, tidak sepotong-potong.
Orang yang doyan membaca akan memiliki kemampuan mengurai informasi, membiasakan diri beradaptasi terhadap perkembangan digital, memiliki daya kritis serta tidak mudah percaya dengan informasi yang ada.
“Kemampuan mencerna informasi yang positif yang masuk ke dalam diri individu sangat dipengaruhi oleh pendidikan karakter. Semakin canggih sebuah teknologi, maka tantangan yang dihadapi semakin beragam. Generasi Z adalah kunci penggerak ekonomi digital di masa mendatang, apabila teknologi digital tersebut digunakan secara positif,” ujar Bonny.
Program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Program ini tidak hanya bertujuan menciptakan komunitas cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id