"Semakin cepat kita melakukan implementasi dari 5G, ini akan membantu dari masyarakat untuk mengadopsi digital dalam berbagai aspek, dalam berbagai hal," ujar Stanislaus dalam sebuah sesi wawancara di Jakarta.
Ia menekankan bahwa 5G merupakan salah satu "ingredients yang cukup penting" untuk mencapai tujuan tersebut.
Tantangan Geografis dan Kebutuhan Spektrum
Meskipun potensinya besar, Stanislaus mengakui bahwa tantangan utama implementasi 5G di Indonesia adalah pemerataan jaringan. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dengan kontur yang beragam memerlukan strategi khusus."Tantangan utama itu adalah bagaimana membangun jaringan itu secara merata di Indonesia," ungkapnya. "Negara kita terdiri dari pulau yang sangat luas. Ada perkotaan, ada pedesaan, ada berbagai macam geografis yang berbeda," tambahnya.
Menurutnya, kunci untuk mengatasi tantangan ini adalah kolaborasi yang erat antara pemerintah, operator telekomunikasi, dan penyedia teknologi seperti Ericsson. Selain itu, faktor ketersediaan spektrum yang terjangkau menjadi elemen vital agar operator dapat melakukan investasi secara efisien.
Stanislaus menjelaskan ada tiga segmen spektrum yang ideal untuk 5G. Pertama frekuensi Low-band (700 MHz) cocok untuk menjangkau area-area terluar karena jangkauannya yang luas.
Selanjutnya Mid-band (2.6 GHz atau 3.5 GHz) yang dianggap sebagai sweet spot dengan keseimbangan kapasitas dan jangkauan yang baik, serta populer digunakan di seluruh dunia.
Kemudian High-band atau mmWave (26-28 GHz) memiliki kapasitas sangat besar dengan jangkauan pendek, ideal untuk kebutuhan industri spesifik yang memerlukan kecepatan tinggi dan latensi rendah.
"Akses ke teknologi ini atau spektrum ini itu menjadi sangat-sangat penting," tegas Stanislaus.
Membuka Potensi Bisnis Baru di Luar Seluler
Berbeda dengan 4G yang fokus utamanya pada layanan mobile broadband, 5G dirancang untuk membuka potensi yang jauh lebih luas dan menyentuh berbagai sektor industri."5G ini kita nanti bisa meng-enable sesuatu yang jauh lebih besar. Misalnya Internet of Things, smartphone juga tetap jalan. Bahkan kita menggunakan home broadband dengan menggantikan layanan kabel fixed broadband," jelas Stanislaus.
Ia mencontohkan beberapa sektor yang sudah mulai memanfaatkan teknologi 5G untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, seperti manufaktur, pelabuhan (port), hingga perbankan. Potensi besar juga terlihat pada 66 juta UMKM di Indonesia yang dapat melakukan transformasi digital melalui jaringan 5G.
Ericsson yang telah hadir di Indonesia selama 118 tahun menegaskan komitmennya sebagai mitra jangka panjang pembangunan digital di tanah air. Perusahaan tidak hanya berperan sebagai penyedia teknologi, tetapi juga sebagai konsultan yang aktif memberikan masukan kepada pemerintah dan para pemangku kepentingan.
"Kita di sini bukan untuk short term juga," kata Stanislaus. "Kita melihatnya sebagai bekerja sama untuk membangun Indonesia sih," pungkasnya.
Kolaborasi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari edukasi melalui innovation center yang didirikan bersama Kementerian Perindustrian hingga pengembangan solusi berkelanjutan (sustainability) yang fokus pada efisiensi energi untuk operasional jaringan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
