FGD ini menjadi wadah dialog antara periset dan pelaku industri untuk menghimpun masukan, memperkuat jejaring, serta mengarahkan riset dan penerapan teknologi iradiasi di Indonesia agar lebih aplikatif dan berdampak ekonomi.
Kepala ORTN BRIN, Syaiful Bakhri, dalam sambutannya menegaskan bahwa teknologi nuklir harus ditempatkan sebagai solusi yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat dengan keselamatan sebagai prinsip utama.
“Teknologi ini dapat mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan, sekaligus mengangkat harkat bangsa melalui peningkatan daya saing industri dan keberhasilan ekspor,” katanya.
Syaiful menambahkan, kontribusi dunia usaha sangat penting agar riset BRIN mampu menjawab kebutuhan nyata, terutama dalam peningkatan mutu produk ekspor dan perluasan pemanfaatan teknologi iradiasi di sektor pangan maupun nonpangan.
Direktur PT Ion Merah Putih, Dirsani Gustam, menuturkan bahwa iradiasi memberi nilai tambah bagi ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, serta jaminan mutu produk. Ia juga memaparkan peta jalan pemanfaatan iradiasi pangan di Indonesia yang kian relevan dengan meningkatnya kebutuhan pangan aman dan tahan lama.
“Indonesia memiliki sumber daya yang sangat strategis untuk pengembangan teknologi iradiasi,” ungkapnya.
Dari sisi keekonomian, Haris Wafa, Direktur PT DJB Botanicals Indonesia, mencontohkan manfaat iradiasi pada komoditas kratom. Produk ekspor ini kerap ditolak di Amerika Serikat akibat kontaminasi Salmonella dan E. coli. “Dengan iradiasi, produk kami lebih aman, berumur simpan lebih panjang, dan nilai jualnya meningkat,” jelasnya.
Pengalaman serupa disampaikan Vita Sihombing, General Manager PT Galih Cipta Wisesa, yang menilai iradiasi gamma efektif menjaga kualitas produk. Sementara Rizki, R&D Manager PT Sari Alam Sukabumi, menyebut teknologi iradiasi berbasis Kobalt-60 sebagai metode terbaik untuk memenuhi standar mutu internasional.
Dari sisi penyedia jasa, Muhammad Yusran dari PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) menegaskan kesiapan industri mendukung pengembangan fasilitas iradiasi nasional, termasuk revitalisasi Irradiator Gama Merah Putih (IGMP).
“Kami berkomitmen menyediakan layanan berkualitas dengan harga terjangkau agar manfaat iradiasi dapat dirasakan lebih luas oleh pelaku usaha,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, BRIN menyoroti pembentukan Pusat Kolaborasi Riset (PKR) Iradiasi Pangan Nasional yang melibatkan mitra strategis seperti Bapanas, Barantin, Kementerian Pertanian, perguruan tinggi, dan industri.
PKR ini diharapkan menjadi jembatan antara riset dan implementasi nyata, mulai dari validasi dosis iradiasi untuk komoditas strategis, pengembangan model bisnis berbasis public–private partnership, hingga edukasi publik.
Diskusi dalam forum ini juga menyoroti pentingnya strategi komunikasi publik untuk menghilangkan stigma negatif terhadap produk pangan hasil iradiasi.
FGD yang dihadiri berbagai perwakilan industri ini menekankan pentingnya sinergi antara riset, kebijakan, dan sektor usaha. Dengan dukungan regulasi yang komprehensif serta partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan, teknologi iradiasi diharapkan menjadi pilar ketahanan pangan sekaligus instrumen peningkatan daya saing ekspor Indonesia di pasar global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id