Marc Ludwig, CEO Rail Infrastructure, Siemens Mobility, menjelaskan bahwa Singapura dipilih sebagai lokasi uji coba karena negara tersebut merupakan benchmark global untuk sistem transportasi publik modern. "Ini adalah kesempatan besar untuk memamerkannya di sini, dan di ruang Asia-Pasifik juga untuk pelanggan dari Asia-Pasifik," kata Ludwig.
Meskipun saat ini sedang diuji di Singapura, Siemens berencana untuk meluncurkannya secara global dan melihat potensi besar di pasar Asia-Pasifik, termasuk Indonesia.
Keunggulan terbesar dari Signaling X adalah kemampuannya untuk memusatkan data. Ludwig menjelaskan bahwa sistem rel tradisional menyebarkan teknologinya di sepanjang jalur dalam rumah-rumah kecil setiap beberapa kilometer. Sebaliknya, Signaling X memindahkan semua teknologi ini ke dalam satu data centre terpusat.
"Dengan itu, Anda memiliki semua data tersedia di satu tempat, dapat mengaksesnya dengan mudah dan dapat mulai mendapatkan manfaat nyata dari analitik dengan AI, menggunakannya untuk predictive maintenance dan manfaat operasional lainnya," jelas Ludwig.
Signaling X dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan dan biaya operasional (OPEX) serta biaya modal (CAPEX) secara signifikan.
Dari sisi lingkungan, sistem ini membutuhkan lebih sedikit ruang fisik , yang berarti lebih sedikit penggunaan beton, lebih sedikit pemborosan sumber daya alam. Karena peralatannya lebih sedikit, konsumsi energinya juga berkurang drastis. "Kami mengharapkan penghematan energi hingga 30% dengan teknologi ini," ungkap Ludwig.
Dalam hal Total Cost of Ownership (TCO), penghematan CAPEX berasal dari jauh lebih sedikit pekerjaan instalasi. Operator tidak perlu lagi menarik banyak kilometer kabel di sepanjang rel. Sementara itu, penghematan OPEX didapat dari biaya tenaga kerja dan perawatan yang lebih rendah, karena hanya perlu mengelola satu data centre terpusat.
Saat ditanya mengenai potensi penerapan di Indonesia, yang memiliki sistem fixed block seperti KRL Commuter Line, Ludwig mengonfirmasi bahwa Signaling X dapat dijalankan di atas sistem tersebut.
Meski demikian, ia mengakui adanya tantangan di pasar Asia-Pasifik yang sangat beragam. Tantangan pertama adalah meyakinkan klien bahwa sistem baru ini tetap aman. "Keselamatan tetap sama, sistem yang andal dan aman. Kami hanya mengubah perangkat keras yang mendasarinya," tegasnya.
Tantangan kedua adalah penerimaan pelanggan yang sudah terbiasa dengan teknologi tradisional selama puluhan tahun. "Ini adalah proses perubahan yang perlu mereka jalani," tambah Ludwig.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id