Ponsel pintar dari Korea Utara.
Ponsel pintar dari Korea Utara.

Berbagai Fitur Aneh di HP Korea Utara: Dari Sensor Kata hingga Pengawasan Screenshot

Arif Wicaksono • 26 November 2025 15:41
Jakarta: Korea Utara dikenal sebagai salah satu negara paling tertutup di dunia. Namun, di balik kontrol ketat itu, sebagian kecil warganya ternyata sudah menggunakan ponsel pintar. 
 
Seorang YouTuber, Arun Maini dengan akun Mrwhosetheboss, membongkar isi dua smartphone yang berasal dari Korea Utara lewat videonya berjudul Testing North Korea’s Illegal Smartphones.
 
Dua perangkat yang diuji adalah Haeyang 701 (kelas entry-level) dan Samtaesung 8 (model premium yang disebut pernah digunakan Kim Jong-un). 
 
 

Menariknya, kedua ponsel ini hampir tidak memiliki jejak digital di internet global yang menunjukkan betapa tertutupnya ekosistem teknologi di negara tersebut.

Keanehan pertama terlihat dari sistem sensor kata. Saat pengguna mengetik kata “Namhan” (Korea Selatan), ponsel langsung mengoreksi otomatis menjadi “negara boneka”. 
 
Bahkan kata “Republik Korea” berubah menjadi tanda bintang. Nama Kim Jong-un juga otomatis dicetak tebal, menunjukkan adanya kontrol ideologis langsung di level perangkat lunak.
 
Hal serupa juga terjadi pada bahasa gaul. Kata “oppa” misalnya, tidak hanya dikoreksi menjadi “kawan”, tapi juga disertai peringatan bahwa kata tersebut hanya boleh digunakan untuk saudara kandung. Semua ini menunjukkan betapa ketatnya kontrol bahasa di sistem operasi mereka.
 
Fitur WiFi pun hampir tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada Haeyang, tombol WiFi muncul tapi tidak dapat digunakan.
 
Sementara di Samtaesung, ikon WiFi bahkan dihilangkan sama sekali. Akses ke jaringan hanya bisa dilakukan melalui layanan bernama Mirae, itupun bukan ke internet global, melainkan ke intranet Korea Utara yang sudah dikurasi penuh oleh pemerintah.
 
Dari sisi kamera, kualitasnya tergolong buruk untuk standar modern. Meski mengusung tiga kamera belakang, tidak ada lensa ultrawide maupun telefoto. Kamera tambahan hanya berfungsi sebagai sensor makro dan kedalaman. Sistem operasinya juga ketinggalan zaman, Haeyang masih memakai Android 10 dan Samtaesung Android 11.
 
Keanehan lain muncul pada aplikasi bawaan. Ada aplikasi dengan logo Microsoft Word, lengkap dengan Excel dan PowerPoint, namun jelas bukan buatan Microsoft. Banyak ikon aplikasi terlihat seperti meniru Huawei dan Google Maps. Bahkan wallpaper dan gambar promosi ponsel disebut tampak mirip dari materi lama Huawei Mate 30 Pro.
 
Dalam urusan hiburan, pemerintah juga melakukan sensor ketat. Tidak ditemukan film dari Korea Selatan atau Amerika Serikat, justru mayoritas berasal dari Rusia dan India. Konten-konten ini diyakini dipilih karena dianggap tidak membahayakan ideologi rezim.

Sistem Pengawasan 

Di balik semua itu, ada sistem pengawasan bernama Red Flag. Ini adalah lapisan perangkat lunak yang menempel di sistem paling bawah Android. Setiap file, foto, atau aplikasi harus memiliki tanda tangan digital resmi. Jika berasal dari luar dan tidak terverifikasi, file akan langsung ditolak atau dihapus otomatis.
 
Yang paling mengkhawatirkan, ponsel ini secara diam-diam mengambil tangkapan layar pengguna beberapa kali sehari. Screenshot itu disimpan dalam folder tersembunyi dan tidak bisa dihapus atau dibuka oleh pengguna. Fungsinya diduga untuk keperluan pengawasan jika sewaktu-waktu pengguna dicurigai oleh aparat.
 
Secara keseluruhan, ponsel pintar di Korea Utara bukan hanya alat komunikasi, melainkan juga instrumen kontrol negara. Hampir setiap elemen di dalamnya mulai dari kata yang diketik, aplikasi yang digunakan, hingga layar yang dilihat dirancang untuk memperkuat satu narasi tunggal yang diinginkan rezim. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan