Drone Faceboook ini berhasil menyelesaikan penerbangan selama 96 menit di Yuma, Arizona. Namun, drone tersebut mengalami kecelakaan saat pendaratan, menyebabkan terjadinya kerusakan struktur pada drone itu, menurut laporan Dewan Keamanan Transportasi Nasional (NTSB).
Engadget menjelaskan, Aquila hanya memiliki satu mode pendaratan, yaitu autoland, yang berarti, drone ini akan memperhitungkan hal-hal seperti kecepatan angin dan temperatur untuk melakukan pendaratan yang paling mulus.
Dalam pengujian penerbangan, para operator memperkirakan, kecepatan angin adalah 7 knot. Namun, ketika Aquila hendak mendarat, kecepatan angin naik menjadi 18 knot. Autopilot menanggapi hal ini dengan membuat drone menukik, yang meningkatkan kecepatan udara di atas normal 25 mil per jam dan memelintir sayap kanan pesawat.
Ketika drone telah berada di ketinggian kurang dari 20 kaki, ia memiliki kecepatan 30 mil per jam, kata Facebook dalam sebuah blog post.
"Autopilot gagal untuk melacak kecepatan udara dan jalur pendaratan pada saat bersamaan. Ia terlalu memprioritaskan pelacakan jalur pendaratan, sehingga ia tidak memperlambat kecepatan," kata Facebook.
Untuk mengatasi masalah ini, Facebook berencana untuk mengubah desain dan software Aquila. Pertama, ia akan menambahkan spoiler atau rem angin (airbrake) yang memungkinkan autopilot untuk menukik saat mendarat tanpa menaikkan kecepatan udara.
"Hal ini dapat membuat pendaratan menjadi kurang akurat atau drone kembali mengudara jika ia terlalu melenceng dari jalur pendaratan," kata Facebook. Saat ini, para peneliti tengah mengembangkan Aquila generasi kedua. Nantinya, Facebook berharap akan dapat menerbangkan Aquila di negara-negara yang tidak memiliki internet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
