Para pemenang tahun ini dari Indonesia menunjukkan kemungkinan tanpa batas ketika generasi muda yang berbakat menggunakan pengkodean untuk memberikan dampak positif. Banyak dari aplikasi yang diajukan berfokus pada peningkatan aksesibilitas dan memberikan solusi untuk berbagai masalah sosial.
Salah satu pemenang, Ali Haidar (23) dari Jakarta, menciptakan aplikasi bernama HowEyeSee. Aplikasi edukasi ini dirancang untuk membantu pengguna merasakan tantangan sehari-hari yang dihadapi oleh individu dengan gangguan kognitif, visual, dan motorik. Melalui permainan interaktif dan simulasi multisensori, aplikasi ini menumbuhkan empati dan pemahaman.
Stefanus Albert Wilson (20) berhasil memenangkan tantangan ini untuk kedua kalinya dengan aplikasi GuardUp. Aplikasi ini bertujuan untuk mendukung pengguna yang menghadapi perundungan siber dan membangun ketahanan emosional. GuardUp menawarkan cerita interaktif, tantangan harian, dan chatbot yang peka terhadap emosi.
Stevans Calvin Chandra menciptakan EaseOut, sebuah aplikasi kesehatan pribadi yang membantu mengelola stres dan kegelisahan melalui alat-alat sederhana dan taktil. Aplikasi ini memiliki simulator detak jantung dan mainan fidget digital yang memberikan efek menenangkan dan menghilangkan stres.
Swift Student Challenge merupakan ajang tahunan yang memberikan kesempatan kepada ribuan siswa di seluruh dunia untuk menunjukkan kreativitas mereka dan membangun keterampilan di dunia nyata.
Apple memberikan penghargaan kepada total 350 pemenang yang pengajuannya menunjukkan keunggulan dalam berbagai aspek, dan 50 pemenang terhormat akan menerima pengakuan tambahan serta undangan ke Apple Park.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
