Peneliti Ahli Madya dari Kelompok Riset (Kelris) Teknologi Kendaraan Listrik BRIN, Kristian Ismail, menjelaskan, komponen utama mobil listrik terdiri dari sistem penggerak, penyimpanan energi, dan platform.
Terdapat beberapa tipe motor listrik yang lazim digunakan, di antaranya brushless DC (BLDC), permanent magnet synchronous motor (PMSM), dan AC induction motor tiga fasa. Masing-masing jenis motor memiliki keunggulan tersendiri dalam hal efisiensi, daya tahan, hingga biaya produksi.
“Motor listrik berperan sebagai penggerak utama kendaraan listrik. Pemilihan jenis motor sangat menentukan performa kendaraan, baik dari sisi akselerasi, kecepatan, maupun konsumsi energi,” jelas Kristian, di hadapan 107 siswa dan guru pendamping dari SMK Muhammadiyah Jatinom, di BRIN Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Samaun Samadikun, Rabu (24/9).
Salah satu komponen vital adalah motor controller atau inverter, yang berfungsi mengatur aliran listrik dari baterai menuju motor. Controller ini harus sesuai dengan jenis motor yang digunakan karena dirancang dalam satu kesatuan sistem.
“Motor dan controller ibarat pasangan. Meski pada prinsipnya, controller bisa digunakan untuk motor lain dengan tipe sama, tetap dibutuhkan uji coba dan penyesuaian. Tanpa kesesuaian, performa kendaraan bisa terganggu,” jelasnya.
Pihaknya juga tengah melakukan pengembangan di penyimpanan energi, yaitu sistem baterai dan sistem charging. Baterai merupakan sumber energi utama kendaraan listrik yang tersimpan dalam traction battery pack.
“Tidak semua baterai diproduksi dengan kualitas sama. Setiap sel baterai bisa memiliki kapasitas dan tegangan berbeda. Faktor usia maupun perbedaan suhu juga memengaruhi kinerja baterai,” ujar Kristian.
Battery Management System (BMS) berfungsi menyeimbangkan sel baterai baik saat pengisian (charging) maupun saat penggunaan (discharging).
Saat charging, BMS mencegah terjadinya overcharging yang bisa merusak sel. Sementara saat discharging, sistem ini melindungi baterai dari kondisi pengosongan berlebihan (deep discharge). “Dua metode BMS yang umum digunakan adalah passive balancing dan active balancing,” sebutnya.
Lebih lanjut, Kristian menjelaskan selain baterai, BRIN juga mengembangkan sistem pengisian pada kendaraan listrik. Setiap kendaraan dilengkapi dengan alat isi ulang (charger), baik yang terpasang langsung di kendaraan (on-board charger) maupun yang terpisah.
“Teknologi pengisian kini berkembang pesat, termasuk fast charging yang memungkinkan pengisian daya lebih cepat. Serta, teknologi wireless charging yang tidak menggunakan sambungan kabel langsung dari sumber ke baterai yang bisa diterapkan baik secara statis maupun dinamis,” tutup Kristian.
Dengan fokus pada pengembangan baterai, BMS, serta sistem pengisian daya, BRIN berharap Indonesia mampu mempercepat adopsi kendaraan listrik. Teknologi ini diyakini akan menjadi salah satu pilar penting dalam upaya transisi energi dan pengurangan emisi karbon di sektor transportasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id