Dokumen yang belum pernah dipublikasikan ini secara terbuka menunjukkan bahwa Meta gagal selama minimal tiga tahun untuk cukup cepat mengidentifikasi dan menghentikan gelombang besar iklan penipuan yang ditayangkan ke miliaran pengguna.
Menurut dokumen internal yang dikutip ABC, Meta memproyeksikan bahwa pada tahun 2024, pendapatan dari kategori iklan berisiko tinggi, termasuk penipuan, mencapai sekitar USD16 miliar (Rp266,8 triliun), atau sekitar 10,1% dari total pendapatan perusahaan.
Dokumen lain menyebut bahwa pada bulan Desember 2024 Meta rata-rata menayangkan sekitar 15 miliar iklan berisiko tinggi setiap hari. Lebih lanjut, satu dokumen mencatat bahwa Meta memperoleh sekitar USD7 miliar (Rp116,7 triliun) per tahun, berdasarkan angka yang telah diannualisasi, dari kategori iklan tersebut.
Meta menanggapi bahwa angka dalam dokumen tersebut menyajikan pandangan selektif yang mendistorsi pendekatan perusahaannya terhadap penipuan dan scam. Juru bicara Meta, Andy Stone, menyatakan bahwa perusahaan secara agresif melawan penipuan dan scam karena pengguna di platform perusahaannya tidak menginginkan konten ini.
Selain itu, Meta mengklaim bahwa dalam 18 bulan terakhir mereka telah mengurangi laporan pengguna terkait iklan penipuan secara global hingga 58%, dan hingga tahun 2025 telah menghapus lebih dari 134 juta konten iklan penipuan.
Dokumen internal menunjukkan bahwa Meta menetapkan bahwa hanya jika sistem otomatis perusahannya memprediksi dengan kepastian minimal 95% bahwa pengiklan melakukan penipuan maka tindakan pemblokiran diterapkan secara otomatis.
Bagi pengiklan berpotensi besar melakukan penipuan tapi belum mencapai ambang tersebut, Meta memilih untuk mengenakan tarif iklan lebih tinggi sebagai penalti daripada langsung memblokir. Laporan internal menetapkan strategi bahwa fokus pengurangan iklan penipuan diarahkan terlebih dahulu ke negara dengan risiko regulasi tinggi dalam jangka dekat.
Dengan demikian, tindakan cepat Meta dalam menyelesaikan permasalahan ini di pasar lain dilaporkan lebih lambat. Salah satu korban penipuan melalui akun Facebook yang dibajak menyampaikan bahwa dirinya dan kolega militer di Kanada kehilangan lebih dari CAD43.000 (Rp511 juta) akibat skema kripto dari akun yang telah diretas dan dijadikan sarana iklan penipuan di platform Meta.
Investigasi polisi Edmonton Kanada melacak kerugian sekitar CAD65.000 (Rp772,4 juta) yang dialirkan ke Nigeria dalam kasus tersebut. Laporan ini mengindikasikan bahwa platform digital besar seperti Meta bukan hanya menjadi kanal pengiklanan besar tetapi juga menjadi bagian dari ekosistem penipuan global jika kontrol internal tidak memadai.
Bagi Meta, meskipun telah mengumumkan upaya pengurangan, masih terdapat tantangan besar dalam sistem deteksi otomatis, prioritas penanganan regional, dan indikator internal yang menunjukkan bahwa iklan penipuan masih tersebar dalam skala sangat besar.
Bagi pengguna di berbagai negara, termasuk Indonesia, temuan ini menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap iklan yang menjanjikan skema cepat kaya, investasi mudah, ataupun produk medis yang tidak terverifikasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id