“Saat ini waktu yang tepat untuk mempelajari AI terutama dalam teknologi reaktor nuklir. Meskipun teknologi reaktor nuklir cukup lambat dalam menerima pembaruan teknologi, dan jika dilakukan sesuatu secara ilmiah, itu akan sangat baik bagi kami,” kata Topan, dalam Knowledge Sharing and Gathering, bertajuk “Nuclear accident and AI Implementation for Nuclear Technology”, di Kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie, Serpong, Kamis 20 Februari 2025.
Topan menjelaskan, tugas PRTRN BRIN adalah mengembangkan teknologi reaktor nuklir, termasuk 12 kelompok penelitian. Kegiatan lainnya yakni berkomunikasi dengan industri dari luar negeri, salah satunya melalui banyak pertemuan dengan pihak Amerika, Jepang, dan Korea.
“Bekerja sama dengan Kunihiko Nabeshima dari Japan Atomic Energy Agency (JAEA) atau peneliti lain dari China yang bergerak di bidang AI akan sangat bermanfaat bagi PRTRN BRIN, terutama dalam aspek teknis, penelitian dan pengembangan,” ujarnya.
Kunihiko Nabeshima dari Nuclear Human Resource Development Center Tokai, JAEA, menyampaikan paparan tentang kecelakaan Fukushima dan status terkini pembangkit Listrik tenaga nuklir (PLTN) di Jepang, serta teknologi AI dalam bidang energi nuklir. Khusus pada pertemuan ini, lebih fokus membahas teknologi AI dalam bidang nuklir.
Kunihiko mengatakan, AI digunakan dalam sektor energi nuklir untuk mendukung teknologi nuklir. AI dapat membantu dalam respons darurat untuk akses nuklir.
Saat ini, AI dapat mengawasi reaktor dan memberikan informasi kepada operator. “Selanjutnya AI dapat memberikan rekomendasi tentang tindakan yang harus diambil oleh operator demi menjaga keamanan reaktor,” tambahnya.
“Kami berharap dapat bekerja sama dengan BRIN, karena sekitar 20 tahun yang lalu, kami membangun sistem investigasi ini menggunakan jaringan saraf (neural network) untuk penyelidikan, dan sekarang sedang mengembangkan teknologi baru,” harapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News