Setiap saat, informasi yang bocor di tangan penjahat siber memungkinkan mereka untuk meniru atau menyebarkan penipuan rekayasa sosial. Dengan data yang terbuka, peretas dapat menghubungi kamu baik online atau offline —-mereka dapat mengirimi puluhan pesan pesan.
"Bahkan menandai tempat tinggal, melakukan transaksi keuangan yang melanggar hukum dengan berpura-pura menjadi kamu atau menyimpan data pribadi kamu untuk menjualnya demi keuntungan finansial lebih lanjut," kata Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.
Selain itu, para kriminal siber ini bahkan dapat menjual data yang diduga dicuri tersebut di web gelap. Misalnya saja, peneliti kami menemukan bahwa penjahat siber dapat menjual paspor yang dipindai dari USD6 hingga USD15 di platform gelap.
Risiko pelanggaran data biasanya berlanjut untuk jangka panjang. Data terbuka yang digunakan oleh kriminal siber ini dapat mengubah jalan hidup siapa pun. Bahaya ini tidak hanya terbatas pada sektor pemerintahan atau bisnis karena bahkan individu biasa pun dapat terpengaruh secara parah.
Sementara kejadian tersebut masih dalam penyelidikan, masyarakat Indonesia dapat mengantisipasi dengan melakukan hal-hal berikut:
1. Segera setelah menyadari bahwa data mungkin disusupi, beri tahu orang-orang terdekat tentang situasi terkini sehingga mereka dapat menghindari kemungkinan penipuan menggunakan identitas, dan membantu untuk melapor ke pihak berwenang.
2. Informasikan bank atau otoritas penerbit untuk membatalkan dan mengganti barang yang telah hilang atau dicuri, seperti kartu debit/kredit, SIM, kartu Jaminan sosial, atau paspor, dll.
3. Melaporkan kepada pihak berwenang atau otoritas hukum di negara kamu.
4. Jika identitas yang dicuri digunakan pada platform media sosial, laporkan ke organisasi platform agar mereka dapat menindaklanjutinya.
5. Ubah semua kata sandi akun yang terpengaruh.
"Bagi instansi pemerintahan terkait maupun perusahaan swasta di Indonesia, pintu Kaspersky selalu terbuka untuk membagikan keahlian kami kepada organisasi mana pun, baik publik maupun swasta, untuk menghadapi tantangan semacam ini," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News