Mengutip Engadget, hal ini diperkirakan terkait dengan cara Edge dan peramban web berbasis Chromium lain menghadapi favicon atau Progressive Web App (PWA) Icon Change. Dengan perubahan brand mendadak, Edge menganggap X sebagai tindak penipuan atau scam.
Peringatan keamanan ini mengimbau pengguna untuk mengkaji kembali update ikon dan bertuliskan bahwa jika aplikasi web mencoba untuk mengelabui pengguna sehingga mengira aplikasi tersebut sebagai aplikasi berbeda, maka pengguna disarankan untuk melakukan uninstal.
Namun, seperti yang ditegaskan Bleeping Computer, PWA berfungsi seperti seharusnya. Fitur ini bertugas untuk memperingatkan pengguna saat situs secara mendadak mengubah favicon miliknya, sebab berpeluang mengindikasikan perubahan arah atau redirect potensial ke situs scam.
Insiden serupa juga terjadi pada awal pekan ini, saat X diblokir di Indonesia atas dasar regulasi yang melarang situs perjudian dan pornografi. Pemilik domain X.com sebelumnya melanggar regulagi konten di Tanah Air.
Kendati demikian, hal ini menjadi indikator lain terkait transisi Twitter menjadi X yang terlalu mendadak. Perusahaan lain seperti Meta dan Microsoft telah mendaftarkan variasi merek dagang X milik mereka, berpotensi memicu gugatan hukum untuk perusahaan milik Elon Musk ini.
X juga sempat menghadapi saat mencoba mengubah logo di kantor pusatnya di San Fransisco, sebab belum mengantongi izin dari pihak berwenang. Perusahaan ini harus mengabaikan perubahan yang disiapkannya tersebut dan meninggalkan logo burung biru lama dan huruf dan R terpasang selama beberapa hari.
Sebagai informasi, perubahan nama mendadak ini merupakan bagian dari rencana lebih besar untuk mengubah Twitter menjadi aplikasi super, serupa platform populer di Tiongkok, WeChat. Platform ini secara teori dapat digunakan untuk pembayaran, pesan, dan panggilan telepon di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
