Jan Philipp Steinbach saat menjelaskan perkembangan CTBC. Foto: Siemens Mobility
Jan Philipp Steinbach saat menjelaskan perkembangan CTBC. Foto: Siemens Mobility

Mengupas CBTC, Teknologi Krusial di Balik Operasi Kereta Metro Modern

Mohamad Mamduh • 12 November 2025 22:48
Jakarta: Di balik kelancaran dan keamanan operasional kereta metro modern, terdapat sebuah teknologi vital yang mungkin jarang disadari publik: CBTC atau Communication-Based Train Control. Sistem ini adalah otak yang memastikan setiap perjalanan kereta berlangsung aman, efisien, dan andal, mengatasi tantangan fundamental transportasi berbasis rel.
 
Dalam ujicoba perdana solusi digitalisasi perkeretaapian Signaling X oleh Siemens Mobility di di Singapura, dijelaskan perbedaan mendasar antara jaringan rel dan jalan raya. Kereta api, yang berjalan dengan roda baja di atas rel baja, tidak dapat mengerem secepat mobil.
 
Mereka membutuhkan jarak pengereman yang jauh lebih panjang. "Ini berarti bahwa setiap saat, kita harus menjaga jarak yang tepat antar kereta agar tidak bertabrakan," ungkap Mirna Harms, General Manager Mass Transit Siemens Mobility.

Tidak seperti mobil yang dapat bermanuver bebas, kereta harus selalu berada di jalurnya. Setiap perpindahan jalur atau persimpangan (points dan crossings) harus diatur dengan sempurna untuk menghindari insiden. Oleh karena itu, komunikasi konstan antara kereta dan sistem di sepanjang jalur (wayside) mutlak diperlukan.
 
Di sinilah peran CBTC menjadi krusial. Ia dideskripsikan sebagai sistem kontrol kereta berkinerja tinggi untuk sistem metro. Sistem ini memiliki dua fungsi utama yang sangat penting.
 
Pertama, fungsi interlocking, yang bertugas mengatur elemen jalur yang dapat bergerak (perpindahan jalur dan persimpangan) untuk memastikan rute selalu diatur dengan benar dan aman.
 
Kedua, CBTC secara aktif menjaga separasi atau jarak aman antar kereta. Hal ini dilakukan melalui komunikasi permanen dengan sistem di pinggir jalur dan pemosisian kereta secara terus-menerus.
 
Seiring perkembangan teknologi, arsitektur CBTC pun berevolusi. Sistem konvensional biasanya membutuhkan banyak kabinet perangkat keras (hardware) proprietary yang tersebar di berbagai ruang sinyal di sepanjang jalur .
 
Solusi Signaling X mengubah pendekatan ini. Arsitektur baru ini memusatkan semua komponen wayside—baik yang vital untuk keamanan maupun non-vital—untuk berjalan di atas satu perangkat keras IT standar (COTS). Ini secara efektif mengubah banyak ruang sinyal menjadi satu "data center sinyal" terpusat.
 
Jan Philipp Steinbach, yang timnya bertanggung jawab memigrasikan aplikasi CBTC ke platform baru ini, menyoroti perubahan fundamental ini. Menurutnya, industri kini beralih dari ketergantungan pada hardware proprietary yang mahal dan kaku.
 
"Kami sekarang menyediakan keamanan hanya dengan prinsip perangkat lunak," jelasnya, merujuk pada platform DS3 (Distributed Smart Safe System). Platform ini tidak hanya lebih fleksibel tetapi juga menawarkan fitur hot geo-redundancy. Sistem berjalan paralel di tiga server (prinsip 2-dari-3) ; jika satu data center gagal—misalnya karena kebakaran atau putus daya—sistem operasi kereta tetap berjalan mulus tanpa henti.
 
Evolusi CBTC menuju arsitektur data center terpusat ini menjanjikan penghematan ruang perangkat keras yang signifikan, perawatan yang lebih mudah, dan tingkat ketersediaan 24/7. Ini adalah langkah besar dalam memastikan sistem transportasi massal di masa depan tidak hanya aman tetapi juga sangat tangguh.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan