Jejaring sosial profesional itu, yang kini dimiliki oleh Microsoft, akhirnya memutuskan untuk menyediakan video iklan. Video itu akan terlihat seperti video LinkedIn lain yang bisa pengguna tonton di berandanya. Video tersebut akan secara otomatis terputar tanpa suara.
Recode menjelaskan, LinkedIn mengklaim bahwa konten video memiliki performa yang lebih baik dari konten lain. LinkedIn menyebutkan, konten video dibagikan 20 kali lebih sering dari konten tipe lain. Selain itu, biasanya, iklan dalam bentuk video lebih mahal dari iklan jenis lain, yang berarti, mereka akan bisa mendapatkan pemasukan lebih banyak.
Perlahan, LinkedIn mulai fokus pada video. Mereka mulai membiarkan pengguna mengunggah video mereka sendiri pada bulan Agustus, meski media sosial lain seperti Facebook, Twitter dan Snapchat telah menyediakan fitur itu selama bertahun-tahun. Itulah sebabnya, LinkedIn juga terlambat dalam menawarkan iklan video.
Namun, LinkedIn memang memiliki bisnis yang berbeda dari media sosial lain. Kebanyakan media sosial menggantungkan diri pada iklan, tapi LinkedIn juga mendapatkan penghasilan dari biaya berlangganan dan fitur khusus untuk para perekrut.
Sebelum LinkedIn dibeli oleh Microsoft, iklan hanya berkontribusi 18 persen pada total pendapatan LinkedIn. Meskipun begitu, sekarang ini, iklan video adalah keharusan jika sebuah perusahaan ingin bersaing di pasar iklan digital.
"Kami tahu bahwa para penonton, ketika mereka menonton video, akan bisa menerima pesan yang ingin disampaikan dengan lebih baik daripada iklan teks," ujar Sudeep Cherian, Head of Product Marketing untuk bisnis iklan LinkedIn.
Cherian berkata, LinkedIn akan mulai menjual iklan video ke sekelompok pengguna yang terdiri dari beberapa ratus pengiklan. Nantinya, fitur ini akan tersedia untuk semua perusahaan yang beriklan di LinkedIn.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
