Foto: BRIN
Foto: BRIN

Gangguan Satelit dan GPS, BRIN Ungkap Fenomena Gelembung Plasma di Ionosfer

Mohamad Mamduh • 25 September 2025 13:11
Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan sharing session bertema “Decoding Mechanisms Behind Equatorial Ionospheric Irregularities During a Geomagnetic Storms”, di Bandung.
 
Kegiatan ini menghadirkan Takuya Sori dari Kyoto University, yang saat ini menjadi visiting researcher di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN. Dalam paparannya, Sori membahas fenomena Equatorial Plasma Bubbles (EPBs) atau gelembung plasma di lapisan ionosfer bagian bawah, sekitar 150 kilometer di atas permukaan bumi.
 
Fenomena ini penting dikaji karena berdampak langsung pada propagasi gelombang radio, komunikasi satelit, hingga sistem navigasi GPS yang digunakan masyarakat luas. “EPB terbentuk mengikuti garis medan magnet di belahan bumi utara dan selatan,” jelas Sori.

Ia menerangkan, gelembung plasma muncul melalui mekanisme Rayleigh–Taylor instability, ketika daerah plasma dengan kerapatan rendah terdorong naik akibat interaksi medan listrik timur dengan medan geomagnetik bumi. Pertumbuhan EPBs erat kaitannya dengan Pre-Reversal Enhancement (PRE), yaitu peningkatan singkat medan listrik timur yang terjadi sekitar waktu matahari terbenam.
 
“Ketika medan listrik timur semakin besar, laju pertumbuhan EPBs juga semakin cepat,” ungkapnya.
 
Menurut Sori, aktivitas matahari seperti angin matahari dan lontaran massa korona (CME) dapat memicu badai geomagnetik yang memengaruhi ionosfer dan memperkuat terbentuknya gelembung plasma. Kondisi ini berpotensi mengganggu komunikasi frekuensi tinggi, sistem navigasi satelit, hingga layanan GPS.
 
Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Albertus Sulaiman, menyatakan kegiatan ini menjadi momentum mempererat kerja sama riset antara ilmuwan Indonesia dan Jepang. “Kehadiran Takuya Sori membuka peluang pertukaran pengetahuan, pengembangan teknologi pengamatan ionosfer, serta pelatihan generasi peneliti muda di bidang atmosfer dan antariksa,” ujarnya.
 
Albertus menegaskan, seiring meningkatnya ketergantungan masyarakat pada teknologi komunikasi satelit dan navigasi digital, penelitian mengenai ketidakseragaman ionosfer semakin strategis.
 
BRIN berkomitmen mendukung kolaborasi riset internasional agar Indonesia memiliki sistem mitigasi yang lebih akurat dalam menghadapi potensi gangguan komunikasi akibat aktivitas matahari dan badai geomagnetik di masa depan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan