NEWSTICKER
    Ilustrasi-Pexels
    Ilustrasi-Pexels

    Staycation Bisa Jadi Pemulihan Pariwisata Indonesia saat New Normal

    Rona pariwisata indonesia
    Kumara Anggita • 18 Juni 2020 11:03
    Jakarta: Pandemi covid-19 telah membuat semua orang tidak bisa jalan-jalan seperti biasanya. Oleh karena itu, seharusnya Pariwata Indonesia melakukan pembaruan agar para masyarakat bisa tetap menikmati liburannya.
     
    Dalam hal ini, Direktur Jendral Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid menyebutkan bahwa, pastinya Pariwisata Indonesia akan mengalami perubahan. Untuk itu, mereka akan mencari konsep liburan yang menyenangkan namun tetap aman.
     
    “Karena sifat kita kepulauan, di sini pasti berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain. Secara umum akan ada fokus khusus untuk pemulihan pariwisata karena dianggap sebagai sektor yang bisa tumbuh dengan cepat,” jelas Hilmar dalam Webinar Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal), Rabu, 17 Juni 2020.

    Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


    “Yang penting sekarang adalah konsep pariwisata apa yang ingin ditawarkan, itu yang menjadi tantangan paling besar,” lanjutnya.
     
    Menurut Hilmar, untuk saat ini konsep staycation bisa menjadi pertimbangan guna menggantikan vacation. Cara ini dianggapnya akan lebih aman untuk masyarakat.
     
    Staycation Bisa Jadi Pemulihan Pariwisata Indonesia saat New Normal
     
    Kalau pariwisata seperti yang sudah-sudah mungkin orang akan berpikir untuk pergi 3-4 hari dengan risiko. Tapi kalau nanti mungkin ada konsep Staycation.
     
    "Jadi kalau dia cuma pergi temporer 3 hari mungkin maksimal seminggu, risiko terlalu tinggi. Kenapa tidak sekalian pergi 3 bulan? Kalau memang Work From Home (WFH) sudah relevan. Dia bisa kerja dari manapun sudah bisa,” papar Hilmar.
     
    “Jadi, konsep seperti ini saya kira sangat diperlukan untuk bidang pariwisata,” jelasnya.
     
    Ide ini kemungkinan akan diterima oleh pemerintah. Sebab cara seperti itu banyak dicari oleh pelaku pariwisata di Indonesia.
     
    “Bukan tentang jumlah orangnya tapi length of stay. Berapa lama seseorang tinggal di tempat yang disedikan sebagai tempat berlibur,” jelasnya.
     
    “Itu memang diperlukan investasi yang berbeda. Jadi tak bisa sekadar bandara, penerbangan, dan seterusnya,” pungkas Hilmar.
     
    (FIR)


    social
    FOLLOW US

    Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

    Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

    unblock notif