Namun, tak semua orang beruntung bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri di kampung halaman. Sri Wahyuni, contohnya. Wanita asal Solo, Jawa Tengah, yang harus rela merayakan Lebaran di Jakarta.
Pekerjaannya sebagai penunggu alas kaki di Masjid Istiqlal membuat tenaga Sri dibutuhkan selama Salat Id. Sri baru dapat jatah mudik seminggu setelah Lebaran.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

Sri Wahyuni--Metrotvnews.com/Nur Azizah
Kondisi ini tidak sekali dua kali. Selama 10 tahun bekerja di Istiqlal, Sri tidak bisa berkumpul bersama orang tua pada 1 Syawal.
"Di sini emang enggak bisa ditinggal karena ramai terus. Tapi enggak apa-apa. Namanya juga pekerjaan, sudah biasa juga," kata Sri pada Metrotvnews.com di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Selasa (5/7/2016).
Selama Ramadan, jam kerja wanita berusia 30 tahun itu harus bertambah. Pada hari biasa, Sri bekerja dari pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB, tapi di saat Ramadan, dirinya sudah mulai beraktivitas sejak pukul 08.00 WIB hingga 22.00 WIB.
Lain Sri lain pula Amal Sarifuddin. Petugas Kebersihan Masjid Istiqlal itu mengaku baru bisa mudik ke Garut, Jawa Barat, usai menyelesaikan tugasnya di Masjid Istiqlal.
"Pulang kampungnya paling sore atau malam. Biasanya kalau malam jamaah sudah sedikit, kerjaan juga sudah beres," tutur Amal.
Pria yang sudah bekerja selama tujuh tahun ini mengaku rela menembus jalan menggunakan sepeda motor. Dengan sepeda motor ia bisa sampai Garut lebih cepat, ketimbang bus atau mobil pribadi.
Amal menuturkan, Lebaran adalah momen untuk memperkuat silaturahmi dengan sanak saudara dan tetangga. Meski pekerjaanya memakan waktu, ia tetap ingin meluangkannya untuk istri dan kedua anaknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (YDH)