Pengusaha Kaligrafi, Wiwin Nurahmad Yasin, menyampaikan, biasanya pesanan kaligrafi akan terus meningkat hingga usai Idul Fitri. Pembeli tidak hanya dari kota-kota besar di Indonesia, namun juga dari negara lain sepeti Malaysia, Abu Dhabi, bahkan Amerika.
“Karena di Amerika juga ada orang-orang muslim,” kata Yasin ditemui di Sentra Industri Patung dan Relief di Desa Mulyoharjo Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Kamis (26/5/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Wiwin menuturkan, bahan baku kaligrafi diambil dari kayu jati dan mahoni. Khusus kayu jati, Wiwin memanfaatkan kayu jati bekas bongkaran rumah atau kapal.

“Tapi kalau yang berbahan kayu mahoni menggunakan kayu baru,” ucap pengusaha kaligrafi yang mulai berkiprah awal tahun 2000.
Untuk menarik minat pembeli, kaligrafi buatan Wiwin tidak monoton pada satu bentuk. Dibantu lima pengukir, Wiwin mengembangkan beragam bentuk kaligrafi seperti pedang, penyekat ruangan, sampai hiasan sudut rumah.
“Yang terbaru bentuk pedang dan bunga mekar,” ujar Wiwin.
Disinggung soal harga, Wiwin membandrol kaligrafinya mulai harga ratusan ribu hingga puluhan juta. Harga juga tergantung pada bentuk, jenis kayu, dan finishing. Semakin besar ukuran kaligrafi dengan tingkat kerumitan ukiran, kocek yang harus dikeluarkan pembeli juga semakin dalam.
“Secara prinsip ada dua jenis model kaligrafi, yaitu lemahan dan bobokan. Kalau bobokan lebih mahal,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MEL)