Masjid berdiri di atas lahan sekitar 400 meter persegi. Masjid dibangun di masa Pangeran Benowo merupakan penyebar agama Islam di Kendal. Masjid masih kukuh berdiri. Namun seiring perkembangan zaman, masjid direhabilitasi dua kali tanpa mengubah bentuk aslinya.
Atap yang terbuat dari sirap kayu masih melekat di mostoko atau kepala masjid. Namun di bagian bawah, atapnya dimakan usia lalu diganti dengan genteng.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Soko atau tiang penyangga yang tadinya berdiri setinggi 2,5 meter kini ditambah menjadi enam meter. Namun, tiang aslinya masih digunakan.
Sumur sedalam dua meter pun masih dipertahankan. Meski airnya diambil berkali-kali, airnya tak pernah habis. Saat musim hujan, airnya pun tak kebanjiran.
Peninggalan yang lain adalah gentong setinggi 1,5 meter dengan diameter 80 centimeter. Gentong tertanam di sebelah kiri masjid, dekat pintu masuk.
Warga dan peziarah menganggap air dalam gentong maupun sumur bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Orang yang mempunyai hajat dan permintaan meminum air itu, dapat terkabulkan.
"Warga meyakini air tersebut bisa menyembuhkan segala macam penyakit dan membawa berkan setelah minum air dari sumur maupun gentong tersebut," kata Fauzan, penjaga Masjid Jami', Fauzan.
Fauzan mengatakan masjid dibangun sekitar tahun 1.400-an. Setiap Jumat Kliwon, peziarah datang dari luar kota, bahkan provinsi, untuk meminta berkah pada Allah SWT.
Seiring perkembangan zaman, serambi masjid dibangun dengan biaya swadaya masyarakat dan hasil kotak amal para peziarah. Sekarang, bangunan tampak megah. Namun masjid induknya masih berdiri di depan serambi dengan ciri khas kayu jati berusia ratusan tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (RRN)
