Ia ingat ketika Nefar, seorang warga setempat yang berjalan-jalan di sekitar tempat tinggalnya untuk meniup terompet sebagai tanda menyambut awal dan akhir Ramadan. Bahkan pria itu senang membunyikan terompet kala sahur tiba. Karenanya, Ali menamakan bunyi-bunyian terompet itu dengan nama pria tersebut.
"Saya sedih melihat tradisi itu mulai hilang, tapi Ramadan tetap istimewa saat kita mampu merasakannya," kata Ali, yang kini tinggal di Amerika Serikat selama 15 tahun terakhir.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Selain terompet Nefar, Ali juga masih mengingat Harira, makanan tradisional khas Ramadan yang dimasak ibunya sebagai menu berbuka puasa. Tradisi menyajikan Harira sudah sangat umum dan disajikan di hampir 90 persen rumah di negara Afrika Utara selama Ramadan.
Harira merupakan makanan tradisional masyarakat muslim Maroko yang terdiri dari tomat, rempah-rempah dan dimasak menjadi bubur atau sup kental dengan cita rasa khas sup tomat yang segar. Harira biasanya disajikan bersama telur rebus dan sedikit jintan.
Sup ringan dan menyehatkan ini biasa dikonsumsi Ali beserta keluarga untuk mengisi perut yang telah seharian berpuasa. Ia menuturkan sengaja mengonsumsi Harira sebagai menu berbuka agar perut tak terlalu kenyang dan bisa mengganggu ibadahnya.
"Akan sulit untuk rukuk jika terlalu banyak makan dan bisa membuat sakit perut," katanya, melansir Onislam, Senin (6/7/2015).
Usai tarawih dan tadarus Alquran, Ali bersama muslim Maroko biasanya menikmati makanan lainnya dan mengunjungi kerabat dan sahabat hingga waktu sahur tiba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MEL)