Ia ingat ketika Nefar, seorang pria setempat yang berjalan-jalan di sekitar tempat tinggalnya, meniup terompet sebagai tanda menyambut awal dan akhir bulan Ramadan.
"Saya merasa sedih melihat tradisi itu mulai hilang, tapi Ramadan tetap istimewa saat kita merasakannya," kata Ali yang telah tinggal di Amerika Serikat selama 15 tahun terakhir itu.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Selain terompet Nefar, Ali juga masih mengingat Harira, makanan tradisional khas Ramadan yang dimasak ibunya sebagai menu berbuka puasa.
Tradisi menyajikan Harira sudah sangat umum. Makanan itu disajikan di hampir 90 persen rumah di negara Afrika utara tersebut selama Ramadan.
Harira merupakan makanan tradisional masyarakat muslim Maroko. Harira terdiri dari tomat, rempah-rempah dan dimasak menjadi bubur atau sup kental dengan cita rasa khas sup tomat yang segar. Harira disajikan bersama telur rebus dan sedikit jintan.
Sup ringan dan menyehatkan ini biasa dikonsumsi Ali beserta keluarga untuk mengisi perut yang seharian berpuasa. Ia menuturkan sengaja mengonsumsi Harira agar perut tak terlalu kenyang dan bisa mengganggu ibadah.
"Akan sulit untuk rukuk, jika terlalu banyak makan bisa membuat sakit perut," kata Ali seperti dilansir onislam.net, Senin (30/6/2014).
Usai tarawih dan tadarus Alquran, muslim Maroko biasanya menikmati makanan lainnya dan mengunjungi kerabat dan sahabat hingga waktu sahur tiba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (DOR)