Usai bunyi letusan petasan terdengar dari Musala, ratusan warga menyiapkan kantong plastik yang berisi air berwarna untuk dilemparkan ke kolega. Wajah setiap warga yang sebelumnya dicoreng dengan bedak pun langsung hilang dan berubah warna warni. Aksi kejar-kejaran menambah serunya tradisi tahunan ini.
Tradisi gebyuran sudah empat kalinya digelar setelah beberapa tahun terhenti. Keyakinan akan penyucian diri menjadikan alasan untuk kembali menghidupkan tradisi unik tersebut.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Hari Bustaman, salah satu tokoh masyarakat di Kampung Bustaman, mengatakan tradisi itu sudah turun-temurun dilakukan Warga Bustaman. Tradisi ini biasanya diawali dengan bersih-bersih sumur.
Keunikan lainya dari tradisi ini, warga dilarang mengumpat saat diguyur oleh warga lain. "Tradisi ini merupakan tradisi suci yang diyakini dapat menghilangkan dota atau kesalahan dalam setahun," kata Hari, Senin (15/6/2015).
Indra Dayanto, warga Bustaman, mengaku senang dengan tradisi gebyuran ini. "Tradisi ini juga menjaga kerukunan antarwarga," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (UWA)