"Ini bukan hal baru. Konsep berbagi kami bahkan setua masyarakat Sudan itu sendiri. Memberi adalah pembersihan jiwa seseorang, meskipun ini hanya segelintir kurma dan sebotol air saja. Bukan apa-apa,” kata Mohammed Akood, anggota Wosool, sebuah organisasi pemuda untuk amal dan pendidikan di Sudan.
Di luar Ramadan, pekerjaan Wosool berpusat pada penyediaan dukungan pendidikan bagi anak-anak sekolah. Tapi selama Ramadan, Wosool melakukan tugas lain membagikan makanan untuk masyarakat.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Selain Akood, relawan lain yakni Ahmed Haroun bahkan memiliki program berbagi lainnya dengan mengumpulkan sumbangan dana dari sejumlah donatur. Ia bersama kawan-kawan dari Wosool juga membantu warga Sudan yang tak memiliki akses ke rumah sakit karena keterbatasan biaya. Dalam sehari, ia melayani sekitar 10 orang yang membutuhkan.
"Sumbangan dana ini untuk membantu saudara-saudara di Sudan yang seringkali tak memiliki akses ke sarana kesehatan,” kata Harun, melansir Aljazeera, Selasa (7/7/2015).
Di Sudan, Ramadan ditandai oleh bau hilomur, minuman tradisional Sudan dengan aroma khas yang mengisi rongga paru-paru masyarakat dengan semangat beramal dan berbagi Ramadan. Tradisi lainnya adalah pertemuaan-pertemuan besar keluarga dan masyarakat yang seringkali menghamburkan biaya hanya untuk makanan.
Kadang, masyarakat yang tak ingin menghamburkan biaya atau makanan meminta organisasi pemuda Wosool untuk membantu agar apa yang mereka keluarkan bisa bermanfaat bagi orang lain. Salah satunya dengan berbagi makanan atau berkah Ramadan lainnya dengan masyarakat yang kurang beruntung melalui teknologi informasi yang digunakan Wosool untuk membantu sesama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MEL)