Sheng bercerita, sejak dia pindah ke UAE, ia termotivasi mempelajari budaya, sejarah, dan warisan di UAE. Termasuk agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat, yakni Islam. Dia mengaku selalu tertarik dengan segala sesuatu berbau Islam.
"Ibu saya beragama Kristen dan ayah Budha. Tapi mereka memberi saya kebebasan untuk menemukan jati diri, apakah menjadi Katolik, Budha, atau muslim," katanya, melansir Khaleej Times, Senin (13/6/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sheng mengatakan Ramadan memberinya kesempatan untuk merasakan apa yang dialami jutaan Muslim di seluruh dunia.
"Saat masih di Malaysia saya mencoba untuk puasa, tapi saya tidak bisa melakukannya karena tak cukup termotivasi oleh orang-orang dan lingkungan. Tapi di UAE, saya merasa termotivasi untuk berpuasa," tuturnya.
Sheng yang berprofesi sebagai instruktur olah raga pribadi salah satu keluarga di UAE mengaku merasa kesulitan saat berpuasa. Pasalnya, dia harus rutin menjalani program diet, dibenturkan dengan jadwal rutin latihan, hingga tetap menerapkan hidup sehat. Namun, dukungan dari keluarga ternyata cukup memotivasi dan mendukungnya untuk terus mempelajari Islam.
"Ada guru Islam yang selalu menjawab pertanyaan saya. Mereka lah yang memperluas pandangan saya tentang Islam," katanya.
Bagi Sheng, Ramadan tak hanya tentang puasa, tapi juga saling membantu terutama dengan orang yang membutuhkan. Menunjukan rasa hormat, melakukan kebaikan, berkontribusi untuk amal, berdoa bersama serta berbagi makanan dengan masyarakat adalah pandangannya tentang Ramadan.
"Meskipun saya tidak dilahirkan sebagai Muslim, saya tetap berpuasa karena ingin memahami seperti apa rasanya. Anda tidak akan mengetahui sesuatu kecuali anda ikut berbagi pengalaman dengan mereka," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MEL)