Meski mayoritas penduduk di Kaohsiung beragama non-muslim, namun aktivitas ibadah masyarakat muslim di kota itu tak mendapat penolakan atau gangguan dari pemerintah dan masyarakat sekitar.
"Masyarakat muslim saat menjalankan ibadah seperti salat lima waktu, salat Jumat, maupun kegiatan ibadah selama Ramadan dijamin kebebasannya oleh pemerintah di sini dan tak pernah ada gangguan," kata Imam Besar Masjid Kaohsiung Husein Abu-Yasin, melansir Antara, Kamis (9/6/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Direktur Asosiasi Cina Muslim itu mengatakan cukup banyak warga muslim yang tinggal atau sekadar berkunjung di Kaohsiunguntuk salat atau membaca Al Quran. Saat Ramadan pun, masyarakat muslim di Kaohsiung berbuka puasa dan salat tarawih bersama di masjid-masjid kota.
"Mereka warga non-muslim seperti tak peduli dengan kegiatan ibadah kita dan tidak pernah ada gangguan sedikitpun terhadap kegiatan ibadah kita," katanya.
Kegiatan ibadah paling ramai di masjid tersebut adalah saat salat Jumat. Sekitar 200-300 warga muslim dari berbagai wilayah datang. Tak hanya pria, wanita pun ikut serta salat Jumat.
Masyarakat muslim yang datang umumnya adalah pekerjaasing yang tinggal di Kaohsiung, seperti dari Indonesia, Malaysia,Pakistan, India, serta negara-negara Timur Tengah.
"Terbanyak dan paling sering datang ke masjid di sini adalah warga Indonesia," kata Abu-Yasin.
Saat menjalankan ibadah puasa Ramadan, pengurus masjid bersama pemerintah setempat bersama-sama menetapkan tanggal awal Ramadan dan 1 Syawal.
"Sama seperti di Indonesia, kita juga ada kegiatan bersama-samamenetapkan awal Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Pada dasarnya semua kegiatan ibadah umat Muslim di Kaohsiung sama dengan di Indonesia juga negara-negara yang ada penduduk muslimnya," katanya.
Slamet Raharjo, seorang WNI yang bekerja sebagai buruh pabrik tekstil di Kaohsiung, mengatakan dirinya juga selalu menyempatkan diri beribadah di masjid itu jika kebetulan tidak sedang bertugas di pabrik.
Menurut dia, ada perbedaan pelaksanaan salat jumat di Kaohsiung dan Indonesia. Muslim di Indonesia saat memasuki waktu salat jumat akan berbondong-bondong menuju masjid, sementara di Kaohsiung, tidak.
"Kalau kebetulan saat Jumat saya sedang libur maka saya bisa salat Jumat berjamaah di masjid ini, tapi kalau kebetulan tidak sedang libur maka saya terpaksa tidak salat Jumat di masjid," katanya.
Demikian pula saat Ramadan, dirinya bersama sesama pekerja Muslim juga menjalankan ibadah puasa seperti biasa mulai usai Subuh sampai Maghrib.
"Hanya saja saya sering batal puasa juga kalau kebetulan di pabrik sedang capek dan menguras tenaga. Maklum di pabrik hawanya lumayan panas dan menguras banyak tenaga sehingga lemas kalau dipaksakan terus puasa," kata Slamet.
Masjid Kaohsiung dibangun pada 1949 dan terletak di 11 Jianjun di Distrik Lingya. Mengingat jumlah jamaah yang beribadah bertambah banyak maka pada 1990 masjid itu mengalami perluasan hingga saat ini menjadi 2.657 meter persegi dengan memiliki tiga lantai.
Lantai pertama adalah asrama laki-laki dan perempuan, ruang salat perempuan dan pusat kegiatan perempuan. Lantai kedua adalah ruang salat utama, pusat studi bahasa Arab dan ruang displai budaya Islam.
Lantai ketiga adalah ruang tamu, pusat kegiatan pemuda, kantor dan dapur. Masjid ini juga dilengkapi kantor imam, kantor administrasi, perpustakaan dan ruang wudu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MEL)
