Arfi menceritakan kisa berbaktinya salah satu pemuda di Yaman saat zaman Rasulullah, Uwais Al-Qarni. Kala itu, Uwais mendengar ibunya ingin sekali pergi menunaikan ibadah haji ke tanah suci.
Namun, keinginan ibunya ia rasa tidak dapat diwujudkan, lantaran tidak memiliki cukup uang untuk membeli kuda sebagai kendaraan ke Mekah. Uwais memutuskan tetap mengantar ibunya dengan cara lain.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia berniat mengantar ibunya naik haji dengan menggendong. Namun, sebelumya Uwais harus berlatih untuk menggendong anak sapi ke gunung setiap hari.
Perjuangannya tidak mulus, ia kerap mendapatkan cacian dari masyarakat. Ia disebut gila karena setiap hari menggendong anak sapi ke gunung.
Setalah sekian lama, anak sapi itu tumbuh besar. Fisik Uwais semakin kekar, hingga siap untuk mengendong ibunya.
"Hebat ya, jadi ternyata yang dilakukan agar bisa kuat, membawa ibunya sampai ke Mekah dan naik haji, ibunya senang sekali," kata Arfi di depan anak-anak peserta pesantren kilat Media Group, di Masjid Nursiah Daud Paloh, Jakarta Barat, Minggu, 26 Mei 2019.
Setelah itu, Uwais mengungkapkan keinginannya untuk dapat bertemu Rasulullah. Ibunya mengizinkan Uwais untuk menemui Rasulullah di kediamannya.
"Ketika ke rumahnya, yang keluar Siti Aisyah (istri Rasulullah), dia (Rasulullah) sedang pergi, yaudah kalau gitu, setelah menunggu dia ingat pesan ibunya, Uwais kalau kamu sudah sampai harus segera pulang," lanjutnya.
Akhirnya dengan berat hati Uwais harus pulang dengan tangan kosong. Ia berpegang teguh suatu saat akan bertemu dengan Rasulullah.
Singkat cerita Rasulullah pulang dan bertemu istrinya. Ia menanyakan apakah ada pemuda yang mencarinya.
"Rasulullah bilang pemuda itu namanya Uwais Al Qarni dia sangat terkenal di penduduk langit, nanti ia akan masuk surga dengan saya (Rasulullah)," imbuhnya.
Rupanya, kejadian itu akibat ia berbakti kepada ibunya. Sehingga timbullah sabda Rasulullah terkait rida orang tua.
"Ridanya Allah rida orang tua, murkanya Allah murka orang tua, jangan menjadi anak durhaka kalau tak ingin masuk neraka," tuturnya.
Arfi meminta kepada peserta pesantren kilat yang diikuti oleh siswa menengah dasar hingga menengah pertama ini untuk berbakti kepada orang tua. Agar cita-cita yang diingkan dapat tercapai.
"Kalau mau menggapai cita-cita, pertama rajin belajar, pantang menyerah, dan berbakti kepada orang tua, yang bisa jadi dokter semoga bisa jadi dokter, tentara atau mau jadi presiden," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (REN)