Sayangnya, meskipun dianggap memiliki ilmu agama lebih tinggi, seorang ulama tetaplah manusia yang kadang terpancing emosinya ketika berdakwah. Hal ini jugalah yang dialami Quraish Shihab.
"Salah satu kelemahan saya sering emosi. Padahal emosi yang berlebihan, menggebu-gebu di atas mimbar itu bahaya, bisa terpeleset lidah. Emosi yang berlebihan itulah yang mengantarkan orang menuju ekstremisme," ujar Quraish, dalam Mata Najwa bertajuk Cerita Dua Sahabat, Rabu 21 Juni 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut Quraish, sudah seharusnya dakwah disampaikan dengan cara yang halus bukan dengan emosi. Kata dia, kepada Firaun sekalipun Allah swt meminta Nabi Musa agar menyampaikan syiarnya dengan kata-kata yang halus dan lemah lembut.
Senada dengan Quraish, pengasuh pondok pesantren Raudatuth Thalibin Rembang, Jawa Tengah, Ahmad Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus juga mengatakan bahwa baiknya setiap dakwah dan syiar disampaikan dengan cara yang baik dan sopan.
Sebab pada dasarnya, dakwah adalah mengajak yang bernuansa merayu, membujuk. Tindakan seperti itu tidak seharusnya dilakukan dengan emosi dan perilaku keras baik dalam ucapan maupun contoh perbuatan.
"Begitu pula kalau berdebat, harus lebih baik dari orang yang diajak berdebat. Itu yang dijelaskan ulama dalam agama kita," ungkap Gus Mus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MEL)