Meskipun bisa dibilang awet hingga puluhan tahun, namun bukan berarti persahabatan keduanya tak menemui hambatan. Baik Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus maupun Quraish Shihab sering kali berbeda pendapat, namun tak melunturkan hubungan persahabatan antara keduanya.
Dalam tayangan Mata Najwa pada Rabu 21 Juni 2017, Gus Mus bercerita bahwa pernah dia tak setuju dengan pendapat Quraish Shihab. Namun lantaran ayah dari Najwa Shihab itu dianggap lebih alim, Gus Mus tak kuasa membantah dan hanya menyimpannya dalam hati.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Beliau punya pendapat bahwa Alquran itu tidak boleh diterjemahkan. Saya melihat bagaimana (memahami) Alquran kalau tidak boleh diterjemahkan. Ternyata sekarang ini saya mendukung sekali pendapat beliau," ungkap Gus Mus.
Gus Mus mengatakan, pendapat sahabatnya itu ada benarnya. Sebab saat ini banyak sekali orang yang hanya melihat terjemahan Alquran tanpa memahami Alquran sesungguhnya. Yang kemudian terjadi adalah kekacauan lantaran terjemahan Alquran itu dijadikan rujukan untuk mengeluarkan fatwa.
"Ini yang terjadi di Indonesia. Dia bolak-balik mengatakan kembali ke Alquran, kembali ke Alquran, ternyata kembalinya itu ke Alquran terjemahan. (Yang sebenarnya) kembali ke Alquran itu ya ngaji," tegas Gus Mus.
Keprihatinan Gus Mus ditambah lagi dengan adanya orang yang tak paham bahwa satu kalimat dalam ayat Alquran memiliki unsur sastra yang menjadi mukjizat Alquran. Paling tidak untuk mengeluarkan fatwa, seorang ulama perlu untuk menguasai bahasa Arab agar tak salah tafsir.
Gus Mus menilai, untuk membaca dan memahami Al Misbah yang ditulis oleh Quraish Shihab saja, orang awam akan mengalami kesulitan. Apalagi jika diminta langsung kembali ke Alquran tanpa memiliki ilmu yang memadai.
"Apalagi kalau orang itu mengaku bukan awam, (mengaku) ustaz atau kiai, (bisa) rusak," katanya.
Sependapat dengan Gus Mus, Quraish Shihab menilai akan sangat berbahaya ketika orang yang mengaku bukan awam dengan seenaknya menafsirkan Alquran tanpa ilmu yang mumpuni. Sebab dapat menimbulkan pertentangan.
Apalagi, dalam sejarah Indonesia, pertentangan-pertentangan itu muncul karena tidak adanya toleransi. Sama halnya dengan ketika membaca Alquran yang bisa diibararatkan dengan melihat berlian. Akan berbeda pendapat ketika mengamati berlian dari sisi yang berbeda.
Quraish mengatakan ada di antara kita yang hanya mau tafsirnya satu hal saja, padahal satu kalimat dalam ayat Alquran bisa memiliki arti lain dan kebenaran itu beragam.
Menurutnya, kesalahan kita hanya memahami kitab suci, memahami agama, hanya menganggap satu yang benar. Padahal, kata Quraish, Tuhan tidak bertanya 5+5 berapa, sebab hanya memiliki satu jawaban yakni 10. Tetapi Tuhan bertanya 10 adalah hasil pertambahan dari berapa yang jawabannya bisa lebih dari satu.
"Ini yang mestinya kita hayati, kita ajarkan. Supaya tidak timbul sikap yang menimbulkan perpecahan dan pertentangan. Jangan menganggap (hanya) ini yang benar," ungkap Quraish.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MEL)