Saat mengikuti kegiatan buka puasa bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Kementerian Luar Negeri, Dubes Azmal mengaku sangat menyukai kegiatan buka puasa bersama ini. Terlebih, menurut dia, buka puasa yang diadakan Kemenlu RI tersebut mencerminkan solidaritas dan perdamaian.
"Pesan yang disampaikan untuk semua orang, bahkan walau non-Muslim sekali pun datang ke sini. Saya melihat bagaimana kita melatih keagamaan dengan apa yang kita lakukan dan bagaimana kita melakukannya," tutur Dubes Azmal di Kemenlu RI, Jakarta, Selasa, 14 Mei 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dubes Azmal menceritakan pengalaman dia berpuasa di Indonesia. Menurutnya, perbedaan dengan di negerinya, Bangladesh, memang ada tapi tidak terlalu signifikan.
"Di sini siang dan malam kurang lebih sama. Kita tidak merasa lelah (berpuasa) di sini. Karena biasanya kita berada di dalam kantor, jadi tidak terasa," tuturnya.
Menurut dia, sangat menyenangkan dapat menjalankan ibadah puasa di negara dengan banyak penduduk Muslim, terlebih dia sudah berada di Jakarta selama dua tahun empat bulan. Baginya, melewati bulan suci Ramadan, di mana pun itu, adalah pengalaman yang sangat menyenangkan.
Salah satu perbedaan yang terlihat dalam menjalankan ibadah puasa di Bangladesh dan Indonesia adalah tata cara salat tarawih.
"Di negara saya, biasanya Tarawih 20 rakaat. Dan selama 25 hari pertama, kami menyelesaikan membaca Alquran yang kami baca selama Tarawih," terangnya.
Jam sahur dan berbuka puasa di Indonesia dan Bangladesh sedikit berbeda. Dubes Azmal mengaku kadang sering melewatkan sahur karena belum terbiasa dengan perbedaan waktu di Indonesia.
"Tapi tetap saja, di mana pun Anda berada, Anda bisa beradaptasi. Dan saya suka di sini," tutupnya mengakhiri ceritanya.
Sementara itu, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii mengatakan walau tidak berpuasa, dirinya selalu menyukai suasana Ramadan di Indonesia. Hal senada juga disampaikan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang-beom.
"Kami sangat senang dapat ikut merayakan Ramadan di Indonesia. Terlebih saat diundang Kementerian Luar Negeri ini, kami melihat bagaimana pesan perdamaian dan toleransi keluar, tak hanya dari Menlu Retno, tapi juga dari para diplomat asing," ungkap Kim Chang-beom.
Dia menambahkan, bahkan di negaranya, Negeri Ginseng, mereka juga membuat acara buka bersama dengan para diplomat asing untuk menghormati mereka yang beragama Islam.

Dubes Korsel untuk RI Kim Chang-beom. (Foto: Medcom.id/Marcheilla Ariesta)
Dalam buka puasa bersama korps diplomatik negara sahabat dan anggota Komisi I DPR, Menlu Retno mengatakan Ramadan selalu identik dengan kesucian dan perdamaian. Ini yang diambil Indonesia sebagai tema untuk keketuaan RI di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) selama Mei 2019 ini.
Menlu Retno menegaskan toleransi atas keberagaman agama, suku dan budaya juga diperlihatkan dalam kegiatan buka puasa bersama ini. "Ini iftar Nusantara. Semua makanannya merepresentasikan hidangan khas dari seluruh wilayah di Indonesia," jelasnya.
Baca:Kemenlu Gelar Buka Puasa Bersama Dubes Asing
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (WIL)