Wakil Ketua Komisi VIII DPR Sodik Mudjahid menilai ini terjadi karena perbedaan metode penentuan 1 Syawal di tiap ormas Islam. Sebagian ormas, kata dia, masih menentukan Lebaran dengan melihat hilal, metode yang digunakan zaman Rasulullah.
Dia heran umat Islam Indonesia belum menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan dalam menetapkan Lebaran. "Memang ada perbedaan metode itu. Tapi metode dengan kebesaran jiwa, bisa disamakan metode ilmu pengetahuan dan teknologinya," kata Sodik, Kamis (16/7/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dia berharap ormas bersatu untuk menentukan 1 Syawal dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Karena pada hakekatnya Islam mendorong umatnya menggali ilmu untuk kebaikan umat.
"Untuk jangka panjang, saya mengimbau kenapa kita tidak bisa menggunakan ilmu pengetahuan modern. Seperti misalnya kita menetapkan tahun masehi. Karena saya pikir, ini adalah keilmuan. Kita sudah modern kok ilmu pengetahuan astronominya, pakarnya sudah banyak," jelas dia.
"Ini kan bukan menyangkut barang yang haram dan halal. Ini untuk kebaikan umat," ujar politikus Gerindra ini.
Sudah saatnya ormas Islam Indonesia bersatu dan saling berlapang dada dalam menentukan 1 Syawal demi membesarkan Islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang bisa diterima dan bermanfaat bagi seluruh umat.
"Sekali lagi perbedaan di dalam umat Islam adalah rahmat. Sebuah yang menunjukkan kejamakan, tapi perlu kewibaan dan kelapangan dada agar ada persatuan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (TRK)