"Astronom dan ormas Islam banyak yang menggunakan software. Secara umum hasilnya sama, yang beda kriterianya," kata Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin kepada Metrotvnews.com, Selasa (16/6/2015).
Thomas yang juga anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama mengatakan metode hisab akan diketahui apakah ketinggian bulan sudah memenuhi kriteria atau belum untuk menentukan 1 Ramadan. Dia mengatakan, menurut perhitungan semua ormas Islam ketinggian bulan masih minus.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Karena itu, besok masih 30 Syaaban. Berarti 1 Ramadan jatuh pada lusa atau 18 Juli. Itu hasil perhitungan," paparnya.
Sedangkan metode rukyat adalah mengamati ketinggian bulan (hilal) menggunakan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam. Menurut Thomas, saat ini banyak sekali yang mengamati hilal.
Kementerian Agama menempatkan alat di semua provinsi untuk melihat posisi hilal. Kelompok-kelompok astronom dan ormas juga ikut mengamati. Hilal adalah bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak.
"Kalau nanti dilaporkan rukyatul hilal tidak terlihat, hasil hisab masih minus, sidang isbat akan menetapkan besok masih 29 Syaaban. Awal Ramadan jatuh pada Kamis," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (TRK)