Menurut Kalla, masalah saat mudik selalu berubah-ubah. Pada 90an, kata dia, masalah ada pada keterbatasan bus dan kereta api.
Media massa saat itu merekam bagaimana seorang anak kecil dimasukkan melalui jendela agar bisa mudik menggunakan kereta api. Karena keterbatasan moda, penumpukan penumpang di stasiun sulit dihindari.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Era itu berlalu. 20 tahun kemudian, pendapatan masyarakat kian tinggi. Kesejahteraan meningkat. Buktinya, lanjut Kalla, kendaraan roda dua dan roda empat bersileweran di jalanan.
Masyarakat yang dulu memanfaatkan jasa kereta api untuk mudik kini menggunakan mobil atau sepeda motor. Ia menilai, melarang warga mudik menggunakan sepeda motor bukan solusi.
Sebab, bila pemudik sepeda motor beralih ke angkutan umum, Kalla memperkirakan akan terjadi penumpukan penumpang. Kemudian, penyebab macet saat mudik diduga karena minimnya fasilitas jalan.
Setelah jalan dibangun, arus lalu lintas di beberapa titik masih saja macet. Bagi Kalla, lagi-lagi ini sebagai tanda pendapatan masyarakat naik.
"Suatu indikasi, artinya pendapatan masyarakat naik, fasilitasnya berubah sistemnya berubah. Kita tidak bisa kembali ke zaman dulu," kata Kalla, Jumat (1/7/2016).
Pemerintah terus memutar otak agar arus mudik lancar salah satunya dengan menambah masa cuti bersama. Sebelumnya, pemudik menumpuk pada H-1 Lebaran karena saat itu baru mendapat libur.
Sekarang, cuti bersama diberikan sebanyak tiga hari. Bahkan, ada karyawan yang libur Lebaran selama sembilan hari karena digabung dengan libur akhir pekan.
Menurut Kalla, kemacetan arus lalu lintas saat mudik Lebaran sebuah keniscayaan. Hal serupa juga terjadi di negara lain. Ia berharap, kebijakan-kebijakan pemerintah bisa meminimalisasi macet saat mudik.
"Tinggal pengaturannya saja diusahakan. Besok mulai cuti, berangsurlah untuk pulang. Tahun ini diharap lebih baik, sehingga tidak ada orang yang Lebaran di jalan," kata Kalla.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (TRK)