Vihara yang terletak di Jalan Dr. Wahidin itu menyediakn buka puasa secara gratis. Sebanyak 100 piring nasi disiapkan setiap harinya. Menunya pun selalu, bisa lodeh, soto, rawon, serta nasi campur, dan sebagainya.
Pantauan di lokasi, puluhan warga baik itu pengamen, pengemis, anak jalanan, hingga warga sekitar Vihara mengantre sejak pukul 16.30 WIB. Warga yang sudah mendapatkan nasi lantas menyantapnya bersama-sama di lokasi. Anak-anak, dewasa, hingga orang tua, tumplek di sana.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Rohaniawan Sanggar Suci, Winantea Listiahadi, mengatakan sajian buka puasa bagi masyarakat berlangsung setiap tahun. Mulai hari kedua puasa hingga H-1 Idul Fitri. Tradisi ini, kata dia, sudah berlangsung sejak 1998.

Umat Budha yang juga anggota Paguyuban Metta Lawang membagikan nasi terhadap warga yang antre sejak sore
Untuk bahan dan menu buka puasa yang akan disajikan disediakan anggota Paguyuban Metta. Dalam paguyuban tersebut tidak hanya umat Budha, tapi juga Nasrani dan Islam.
"Hari ini giliran siapa yang masak dan menyajikan buka puasa, jadi sudah kami atur jadwalnya. Ada pula sumbangan dari umat Budha dari luar Malang, seperti Jombang, Surabaya, dan sekitarnya,” kata dia, Rabu (8/6/2016).
Tradisi ini juga sebagai pengembangan Bhinneka Tunggal Ika sekaligus memupuk kerukunan dan toleransi umat beragama.
"Siapa pun boleh berbuka puasa di sini, tidak ada syarat. Murni membantu sesama, apalagi sembako sekarang harganya mahal,” ujarnya.

Warga menikmati sajian buka puasa yang diberikan Paguyuban Metta Lawang
Selama Ramadan, Vihara Budhi Manda Sanggar Suci juga melangsungkan kegiatan sosial pada saat Waisak, yakni menyalurkan bantuan sembako, susu, dan buku bagi anak-anak sekolah.
“Bukan lagi bicara soal agama, tapi kepedulian sosial antarsesama. Buka puasa ini sebagian dari membangun toleransi dan kebersamaan,” kata dia.
Salah seorang pengamen, Yudi Saputra, mengaku rutin datang ke Vihara dan ikut antre untuk buka puasa. "Ini tahun kelima saya ke sini, kebetulan datang sama teman-teman. Lumayan mengurangi biaya makan setiap harinya,” kata dia.
Warga lain, Yasin, mengaku senang dapat merasakan buka puasa bersama-sama. Ia merasa terbantu, mengingat masih banyak warga yang tidak kuat untuk sekadar makan.
"Ya, kami bersyukur ada dermawan yang mau memberikan makan, meski bukan umat Islam. Ini juga mengajarkan kami makna toleransi dan kerukunan,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (UWA)
