"Kita praktikan saja dalam puasa, luar biasa nanti hasilnya, puasa terstruktur, sistematis, dan masif itu akan membangun peradaban," kata Haedar dalam acara buka bersama di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 28 Mei 2019.
Haedar mengatakan, mempraktikan nilai puasa itu tidak mudah. Ia mengajak warga Muhammadiyah dan umat muslin secara menyeluruh untuk merenungkan kembali karena sudah melaksanakan ibadah puasa berulang kali.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Puluhan kali kita puasa, apakah kita sudah betul-betul bertaqwa," ungkapnya.
Puasa juga mengajarkan kita untuk lebih rajin infaq dan sodaqah. Dua amalan ini dinilai juga tidak mudah terlebih bila kondisi seseorang dalam keasaan kesusahan.
Pelajaran puasa lainnya adalah menahan marah. Menurut dia, belajar menahan diri daei amarah juga tidak mudah. Terlebih ada pemicu munculnya kemarahan. Pada situasi ini, kata Haedar, agama dan puasa cukup berperan penting.
"Selalu orang ada argumentasi ada legitimasi, bahkan dalil ketika marah. Sebenarnya marah ya tetap marah saja," jelasnya.
Kemudian, hal yang juga tidak mudah adalah memberikan maaf kepada orang lain, sebelum orang tersebut minta maaf. Menurut dia, kesulitan manusia juga seringkali yakni sulitnya minta maaf karena termakan ego pribadi.
"Saya sendiri merasa jauh panggang dari api kita ini, kadang kita punya sifat itu melihat kebenaran, kesalahan, kebaikan, keburukan, hanya untuk melihat orang lain. Tapi kadang lupa terhadap diri sendiri. Ukuran kebenaran, kepatutan, padahal pada diri sendiri longgar sekali," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (BOW)