"Justru saya banyak menerima santri dan jemaah yang mau bertobat dari tempat-tempat itu," kata Gus Tanto ditemui Metrotvnews.com, di Ponpes Istigfar, di Jalan Perbalan Purwosari I, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Tak heran jika jamaah di ponpes ini terdiri dari preman, gali (dalam bahasa populer bajingan), kecu (perampok), peminum, pemabuk, hingga tukang tipu. Gus Tanto bahkan mendirikan ponpes di kampung Perbalan Purwosari, yang terkenal sebagai kampung preman, untuk melakukan syiar Islam.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Perbalan itu yang beri nama orang Belanda dari kata 'Perbal'. Kalau diistilahkan dalam bahasa hukum adalah 'BAP' (berita acara penangkapan). Dinamai itu karena warga di sini sering di-BAP oleh Belanda saat itu," kenangnya.
Sebelum mendirikan ponpes khusus preman, Gus Tanto mengajak teman-teman semasa kecilnya berkumpul dan membaca Surat Yasin dan tahlil bersama. "Ini dilakukan dari rumah ke rumah," ujarnya.
Ia menceritakan sempat dicibir dan dihina mau menerima mantan preman. Namun, karena semata niat baik, dia tak menghiraukan cibiran itu. Alhasil, kini ponpes yang berdiri sejak 2007 ini sudah melahirkan santri terbaik yang dulunya adalah preman.
Rusmanto, 47 tahun, mantan pembunuh di Semarang ini memiliki alasan khusus masuk ke Ponpes Tombo Ati. "Saya masuk ke ponpes karena petunjuk Allah. Dulu saya seorang pembunuh, pemabuk, suka main perempuan, pokoknya suka yang berbau kriminalitas," ujarnya.
Pada suatu malam, dia bercerita, saat tidur di terminal, ia mengalami kejang dan mimpi buruk. Dari pengalaman itu Rusmanto kemudian sadar untuk memilih jalan yang benar.
Hingga kini Ponpes Tombo Ati selalu ramai dikunjungi masyarakat luar sekadar untuk berbagi dan mengaji bersama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (UWA)