Jemaah yang bermukim di sekitar danau Mawang ini sebelumnya mengawali Ramadan pada 14 Mei. Lebih cepat satu hari dibandingkan ketetapan pemerintah. Total mereka berpuasa 29 hari.
"Akan terjadi perpisahan bulan Ramadan ke Syawal pada Rabu ini. Jadi salat Idulfitri digelar hari Kamis," kata salah satu pimpinan An-Nadzir, Lukman A Bakti, saat dihubungi, Rabu 13 Juni.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Lukman menjelaskan, hari raya Idulfitri ditetapkan melalui musyawarah berpedoman pada data pengamatan bulan. Selain itu mereka juga berpatokan pada hasil rukyat serta pengamatan tanda alam seperti pasang air laut.
Khusus pengamatan bulan, dimulai sejak purnama atau bertepatan dengan tanggal 15 Ramadan. An-Nadzir memantau waktu terbitnya bulan, yang setiap hari terpaut 54 menit merujuk penghitungan khusus, awal bulan Syawal dianggap terbit pada Rabu siang ini.
"Karena sudah terjadi pergantian bulan, maka kita buka puasa siang hari. Haram hukumnya berpuasa kalau sudah masuk Syawal," ujar Lukman.
Pada pengamatan lain, petugas An-Nadzir memantau terjadinya air pasang tertinggi di laut. Pasang tertinggi, Lukman mengatakan, terjadi karena posisi terbentuknya garis astronomi antara matahari, bulan dan bumi yang mendekati sejajar. Sehingga melahirkan efek gravitasi terhadap air laut, yang hanya terjadi sebanyak satu kali dalam satu bulan atau siklus 29/30 hari.
Sejauh ini pemerintah melalui Kementerian Agama belum menetapkan keputusan resmi tentang tanggal hari raya Idulfitri. Kemungkinan penetapannya menunggu sidang isbat dan pengamatan hilal Kamis besok.
Meski waktu lebaran An-Nadzir berbeda, Lukman menganggapnya tidak masalah. Sebab hal itu dikembalikan kepada keyakinan masing-masing orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (SUR)
