"Tidak ada satu masjid pun yang dibuka untuk pelaksanaan salat Idulfitri. Salat Idulfitri hanya boleh dilakukan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah. Itu pun dengan jemaah yang sangat terbatas," kata Duta Besar (Dubes) RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 secara virtual, Selasa, 26 Mei 2020.
Agus mengungkapkan ada beberapa acuan yang digunakan Kerajaan Arab Saudi meniadakan salat Idulfitri. Pertama, Kitab Al-Asybah Wa an-Nazhair yang ditulis Syekh Imam Jalaluddin as-Suyuthi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
(Baca: Libur Lebaran, Arab Saudi Berlakukan Lockdown Total)
"Dalam kitab tersebut dijelaskan sesuatu yang wajib tidak boleh ditinggalkan kecuali dengan sesuatu yang wajib juga. Atau dalam redaksi lain Al-Asybah di situ ditulis bahwa sesuatu yang wajib tidak boleh ditinggalkan karena sesuatu yang sifatnya sunah," papar dia.
Dia menyebut pertimbangan Arab Saudi menggunakan kaidah ini yaitu menekankan kewajiban seseorang menjaga keselamatan jiwa. "Salat Idulfitri hukumnya sunah sementara menjaga nyawa hukumnya adalah wajib," sebut dia.
Kedua, anjuran menjauhi potensi bahaya. Sebab dapat mengancam keselamatan jiwa.
Agus menyebut kebijakan menutup masjid atau musala diterbitkan melalui dekrit Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al Saud. Metode ini efektif karena dipatuhi seluruh elemen masyarakat di Arab Saudi.
"Tidak ada seorang pun yang berani melanggar dekrit ini," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (REN)
