Hal itu diungkapkan oleh mahasiswa asal Indonesia yang sedang mengambil gelar S2 di National Central University (NCU), Taiwan, Nurra Keprin. Nurra mengungkapkan, selain perbedaan waktu puasa yang lebih lama dibandingkan dengan di Indonesia yakni 15 jam, menu berbuka puasa di sana juga berbeda dengan di Indonesia.
Mahasiswi yang mengambil program studi Biofisika di NCU ini mengungkapkan sangat kangen berbuka puasa dengan kolak. "Jelas beda (puasa di Taiwan dan di Indonesia). Di sini enggak ada kolak, enggak ada sirup Marjan," ungkap Nurra, saat dihubungi Metrotvnews.com, di Jakarta, Jumat (24/6/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Nurra menyebutkan menu buka puasa yang menjadi kegemaran masyarakat Taiwan adalah nai cha sejenis teh susu kalau di Indonesia dan kwetiau. Menu itu selalu ada saat buka puasa.

Nai cha dan kwetiau (Foto: Nurra Keprin)
Alumnus Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menambahkan, selain menu buka puasa yang berbeda dengan di Indonesia, untuk mencari makanan halal juga terbilang sulit. Ditambah lagi dengan waktu operasi warung makanan halal berbeda dengan waktu berbuka puasa dan sahur.
"Di Taiwan mereka buka siang pukul 11.00 hingga pukul 13.00. Kemudian buka lagi pukul 17.00 hingga pukul 19.00. Jarang ada yang buka kalau di luar jam itu," kata dia.
Apabila dirinya rindu dengan masakan Indonesia maka biasanya ia buka bersama di Masjid daerah Taoyuan karena di sana banyak Muslim Indonesia. Kebanyakan dari mereka itu bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan merupakan pelajar.

Suasana berbuka puasa (Foto: Nurra Keprin)
"Di Taoyuan banyak orang Indonesia. Banyak TKI dan mahasiswa. Kalau ke masjid 50 persennya kebanyakan dari Indonesia. Masjid di Taoyuan punya orang Indonesia," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (ABD)