Direktur Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa Syamsul Ardiansyah mengatakan kegiatan yang juga melibatkan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU), Koalisi untuk Keadilan Perikanan (Kiara), dan Humanitaria Forum Indonesia (HFI) ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan kawasan pesisir pantai.
"Kawasan pesisir merupakan wilayah yang paling rentan terkena abrasi akibat air laut. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya alih fungsi hutan mangrove yang menjadi lahan permukiman, pelabuhan, lokasi wisata karena direklamasi dan sebagian menjadi tempat peternakan ikan," kata Syamsul dalam rilis yang diterima Metrotvnews.com, Minggu (12/6/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Syamsul juga menjelaskan, dipilihnya Desa Ketapang sebagai tempat kegiatan karena wilayah tersebut mengalami dampak abrasi yang cukup parah baik karena gelombang air laut maupun akibat eksploitasi besar-besaran pasir pantai untuk reklamasi pantai beberapa tahun silam.
"Harapannya dengan penanaman 1000 bibit mangrove ini dapat mengembalikan kehidupan warga pesisir di Desa Ketapang, serta berlanjutnya program pemberdayaan bagi warga pesisir," kata dia.
Sementara itu Sekretaris Desa Ketapang Wawan Surayu mengatakan desa tempat tinggalnya itu memang mengalami pengikisan sepanjang tahun akibat abrasi. Hal itu, kata Wawan, juga diperparah dengan adanya tambang pasir di sekitar lokasi.
"Kegiatan menanam ini menjadi berkah bagi masyarakat. Semoga aksi ini dapat menjadi penyelamat kawasan pantai di Desa Ketapang yang sejak tahun 1990 hingga 2004 rusak karena pengerukan pasir pantai. Sekitar 50-60 hektar lahan di sekitar pantai hilang," kata Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (SBH)