Ketua Forum Dakwah Islamiyah Jawa Timur, Ali Badri Zaini, menilai pernyataan Menag ngawur. "Kenapa yang mayoritas harus menghormati yang minoritas. Seharusnya, minoritas menghormati yang mayoritas. Itu menteri ngawur. Umat Islam di Jawa Timur tidak akan mengindahkan peryataan Menteri Agama," tegas Ali Badri Zaini, di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (11/6/2015).
Menurut Zaini, pernyataan Menag seakan mengadu domba antarsesama. Pasalnya, warung makan sekelas warteg hingga restoran kerap menjadi sasaran aksi anarkis segelintir organisasi massa selama Ramadan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Zaini membandingkannya dengan pada saat hari raya Nyepi di Bali. Di sana, masjid-masjid tidak akan memakai pengeras suara saat adzan atau ceramah. "Hal ini karena umat muslim di Bali sebagai agama minoritas, menghormati umat Hindu yang merayakan Nyepi," katanya.
Meski demikian, Zaini mempersilahkan para pemilik usaha makanan tetap beroperasi. Hanya saja, harus menghormati umat muslim yang menjalankan puasa dengan cara transparan.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengimbau pihak yang berpuasa harus menghormati hak pihak lain yang tidak berkewajiban dan tidak sedang berpuasa. Artinya, selama Ramadan, restoran atau rumah makan diperbolehkan tetap beroperasi untuk menghormati yang sedang tidak puasa.
"Warung2 tak perlu dipaksa tutup. Kita hrs hormati juga hak mrk yg tak berkewajiban dan tak sedang ber puasa," tulis Lukman di laman Twitter pribadinya, @lukmansaifuddin pada, Jumat (5/6/2015) pekan lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (UWA)